Senin, 24 September 2012

You (Part II)

Tanpa sadar, bingung sendiri sampai terkadang menitikkan air mata yang tak tahu itu penting baginya tau tidak, bahkan bagiku pun hanya sebuah eksperisi takut kehilangannya. Seperti ini saja aku sudah tak bisa. Tolong, aku tak bisa lebih lama menanggungnya. Apa mungkin mala mini aku harus tertidur karena lelah memikirkannya? Bukan tertidur karena mendengar suaramu? Apa benar begitu? Apa iya kau setega ini?


Tanpa sadar, dan refleks saja aku menghubunginya lagi, tersambung. Dan, diangkat. Iya, diangkat. Seperti lemas dan cair tubuh ini.

“Halo,” sapanya dari ujung sana penuh rasa takut, karena mungkin aku akan marah atau apa.

Sebenarnya aku bisa saja marah karena aku sudah sangat kesal dan tak bisa membendung semuanya, namun entah apa yang membuatku bisa tiba-tiba mengurungkan niatku, dan aku lebih memilih untuk mendiamkannya.

“Ya? Ke mana?” tanyaku lemas.
“Aku tahu pasti kamu mau marah,” nadanya datar, suaranya parau.
“Ah, cari perhatian,” batinku.
“Buat apa marah? Enggak kok, ha, ha.”

You

“Ya?” ucapku cuek.
Saranghae” ujarnya pelan, lesu, sepertinya menyesal.
“Segampang itu?” batinku.

Ah, mari kita flash back sebentar ke belakang. Semalam dia sibuk bersama kawan-kawannya seperti layaknya anak-anak cowok pada umumnya. Sudah pasti bisa ditebak bahwa dering handphone tak setiap kali dihiraukannya. Jadi, aku harus ekstrasabar, untuk menanti respon darinya. Aku sudah mencoba berulang kali untuk mengerti dan paham bahwa ada kalanya dia punya kesibukan seperti itu, dan kucoba berpikir hal-hal yang baik saja. Yaaaah… mau tak mau rasa kesal pasti ada, dan gelisah. Sebenarnya masih sabar sih, mengingat diriku kalau lagi hang out bareng temen-temen, memang terkadang seperti itu, walau aku tak secuek dirinya -__-. Mungkin karena dia laki-laki sih ya.

Meskipun sering tersendat, tapi aku sudah cukup senang dia memperhatikanku lebih hari ini. Bahkan berjanji tak akan pulang terlalu larut untuk menemaniku terlelap. Semoga saja dia menepatinya, amin.

Sabtu, 22 September 2012

Lagi-lagi tentang LDR

Ini cerita tentang seorang wanita yang sedang berkutat di depan layar komputer, ia berprofesi sebagai admin di salah satu perusahaan di kota Semarang dan tentang seorang laki-laki yang berkerja di Kalimantan.

Kisah ini diawali dengan perkenalan yang unik, sehingga menghasilkan kenangan yang penuh warna-warni dan tak mudah untuk dilupakan. sebut saja aku dan dia.

Saat ini aku benar-benar merasa menjadi seorang wanita yang paling bahagia dan beruntung. Ya, itu semua karena dia. Dia yang selalu memberikan perhatian dan semangatnya padaku, dan selalu memotivasiku untuk menjadi seorang yang lebih dewasa. Pagi hari sebelum berangkat kerja, selalu kusempatkan sekedar telepon untuk membangunkannya. Aku hampir tak pernah merasa bosan atau jenuh mendengar suaranya.

Aku, sedang berusaha mengertimu

Sore itu, ya sore itu, aku tak menerima kabar apapun darimu, SMS, telepon, bahkan sepertinya kau juga tak mencoba untuk menghubungiku. Atau mungkin gangguan pada provider, entahlah aku tidak tahu pasti. Aku tahu kau di sana sedang melakukan sesuatu yang memang menjadi kewajiban atas profesi, tuntutan, dan cita-citamu. Entah lagi-lagi aku kurang sabar. Tapi, aku rasa, tak mudah menjadi dirimu, dan tak mudah menjadi diriku. Aku lelah dengan pertengkaran kita yang monoton seperti waktu itu.


Semuanya seakan bertarung dalam benakku, saling mempengaruhi untuk berfikir negative tentangmu. Namun aku mencoba menepis fikiran buruk terhadapmu yang jauh disana, tapi aku rindu. Dan seolah rasa rindu ini membuyarkan lamunanku untuk sekedar mengertimu. Maafkan aku yang seolah terus mengemis perhatian darimu.

Jumat, 21 September 2012

Apakah Kamu Ingat?


Apakah kamu ingat betapa uniknya aku dan kamu waktu berkenalan?
Apakah kamu ingat apa yang aku dan kamu lakukan di setiap malamnya?
Apakah kamu ingat apa yang aku dan kamu rasakan tapi tak terucapkan?
Apakah kamu ingat ketika aku pernah menyayangi kamu (kekasih orang)?
Apakah kamu ingat ketika kamu memutuskan kekasihmu hanya untuk bersamaku?
Apakah kamu ingat waktu kamu nembak aku dan bilang ‘mau nggak jadi pacarku’?
Apakah kamu ingat waktu awal jadian aku rela membangunkanmu setiap pagi?
Apakah kamu ingat betapa bahagianya aku mendengar kabar kepulanganmu?
Apakah kamu ingat betapa bahagianya aku dan kamu saat pertama kali bertemu?
Apakah kamu ingat betapa bahagianya aku ketika kamu datang di hari ulang tahunku?
Apakah kamu ingat aku pernah cemburu dan menangis di depanmu?
Apakah kamu ingat pertemuan aku dan kamu di hari-hari terakhir bersama?
Apakah kamu ingat sebelum kamu harus pergi dan entah kapan bisa bertemu kembali?
Apakah kamu ingat ketika kita berantem hebat dan kamu selalu mempertahankanku?
Dan apakah kamu ingat di sini aku masih menantimu, dengan susah payah, semampuku..

Aku bukan mengajakmu untuk kangen masa-masa itu, aku hanya ingin bernostalgia dengan kita yang dulu berawalan ‘Hubungan Tanpa Status’
Kita masih menyimpan kenangan dan akan selalu menyimpannya dalam angan kita masing-masing
Kenangan pahit dan manis sudah pernah kita jalani bersama, apakah seiring berjalannya waktu akan membuangnya begitu saja?
Jujur aku tidak mau…



Dari kekasihmu
yang berjarak ribuan kilometer darimu
yang masih ingin setia menunggu kepulanganmu

Kamis, 20 September 2012

Cinta Tak Harus Bersama


Sebenarnya tidak mudah untuk seseorang mengatakan “Cinta Tak Harus Bersama” karena pada dasarnya manusia diciptakan oleh Sang Pencipta memiliki sifat egois. Begitulah adanya, begitulah keadaannya.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, dalam kalimat "Cinta Tak Harus Bersama" ini bukan merupakan sebuah kalimat yang mengarah pada kegagalan. Sekali lagi kutegaskan, bukan sebuah kalimat yang memiliki arti 'gue jatuh cinta sama dia, gue sayang sama dia, dianya nolak gue, tapi gue tetep cinta kok sama dia'. Bukan seperti itu. (Kalau kayak gitu jelas-jelas cinta bertepuk sebelah tangan *upss*). Tetapi pada tulisanku ini, lebih mengarahkan pada 'Cinta yang tersampaikan namun mau nggak mau harus terpisahkan'

Rabu, 19 September 2012

Aku Pasti Bisa, Tanpamu!

Sebenarnya sedikit beresiko menulis ini, takutnya kalau pacarku marah saat membacanya. Tapi aku yakin pacarku tidak akan cemburu, karena aku sudah meminta persetujuannya terlebih dahulu. Memang sebenarnya nggak perlu cemburu juga karena tulisan ini bukan untuk bernostalgia, cuma mau mengucapkan salam perpisahan dan ucapan terima kasih yang belum sempat terucap.

19 September 2009
Until now,,

Aku terbangun di pagi hari sama seperti biasanya. Melirik jam dinding yang berada di sudut ranjang tidurku. Lalu menatap handphone yang membunyikan alarm merdu dengan judul “Anniversary 3TH”. Sesaat aku mulai lemas, air mataku menganak sungai. “Sudah tanggal 19 September” ku bilang. Seberapa pentingnya kah tanggal itu? Yaa mungkin bukan sesuatu yang penting bagi banyak orang. Tapi bagiku, harusnya tepat hari ini 3 tahunnya kita, aku dan mantanku.

 

Jumat, 14 September 2012

This Distance


"Aku bahagia meskipun terkadang menangis sendirian atas apa yang menggangguku. Iya, sendirian, karena tak semua orang paham dan mengerti tentang apa yang kurasakan. Tak semua orang menjalani apa yang kujalani. Dan, tak semua orang bisa memahami jalan pikiranku. Banyak yang bilang bahwa ini berlebihan. Yah, itu hanya karena mereka tak merasakannya. Itu hanya karena mereka tak merasakan apa yang kurasakan. Aku tak ingin mengeluh, tapi kepada siapa lagi aku harus berbagi. Aku bahagia, sangat bahagia, tapi aku juga punya sisi lain. Anggap saja, aku itu kita. Karena pasti dia merasakan hal yang sama kan? Tentu saja, kami satu hati."

Kamis, 13 September 2012

We VS Distance (Part II)

I Try,,,

Aku mencoba untuk bersabar. Bersabar dari rasa ingin mengeluh. Bersabar dari rasa ingin berjumpa. Bersabar dari rasa rindu yang mencekat. Meskipun itu tidak mudah, aku akan mencoba melakukannya demi aku dan kamu. Demi kita.

“Sejauh apapun kamu, rasa nyaman sudah melekat di diriku, aku ragu untuk mendua bahkan tak ingin


Tidak, cinta kami bukan terhalang oleh jarak..
Melainkan, cinta kami diuji oleh jarak..

Sekian

Still Loving You,

-Nhe-

Rabu, 12 September 2012

3 years ago


Semuanya berawal dari sini,,

12 September 2009,,
Tepatnya 3 tahun yang lalu,,

Aku (pernah) bahagia karena untuk yg pertama kalinya bertemu dengan dia,,
Aku (pernah) bahagia karena untuk yg pertama kalinya pula aku merasakan perasaan itu,,
Love at The First Sight,,

Kini,,
12 September 2012,,
Lebih tepatnya 3 tahun setelah peristiwa itu,,

Aku (pernah) kecewa karena dia,,
Aku (pernah) tersakiti oleh perasaanku sendiri,,
Cinta yg terkhianati,,

Tapi,,
Bagaimanapun juga 'kamu' pernah hadir dalam hidupku,,
Merangkai kisah masa laluku,,

Terima kasih telah mematahkan hatiku,,
Aku belajar banyak hal 'darimu',,
Termasuk memilih orang yg sepadan untukku,,



Selamat tinggal masa lalu, terimakasih untuk pelajarannya..
Selamat datang masa depan, aku siap..


Dari mantanmu
yang tak pernah tau
bagaimana kabarmu di sana

Selasa, 11 September 2012

We VS Distance


Masalah klasik dalam Hubungan Jarak Jauh salah satunya yang paling utama adalah pertemuan. Semakin jauhnya jarak antara kedua belah pihak, maka akan semakin sedikit pula intensitas pertemuan mereka.

I Wait,,,
Aku menunggumu datang ke kota tempat tinggalku, aku menunggumu di sini. Akan tetapi menunggu itu bukan perkara mudah dalam hubungan jarak jauh. Aku butuh kesetiaan dan komitmen dalam hubungan kita. Lebih dari itu sebisa mungkin tolong sempatkan selalu memberikan kabar, agar aku tenang disini.
Aku milik kamu. Saat ini dan di sini aku menunggumu yang jauh. Aku menunggu kehadiranmu selalu, cepat pulang yaa?

"Nothing more, I just miss you as deep as yesterday and that will be the same.."

 I Believe,,,
Aku percaya kamu di kejauhan sana masih mempertahankan dan menjaga cinta kita. Jangan pernah membagi cintaku dengan yang lain atau melupakanku dengan kesibukanmu yaa? 
Aku percaya kita hanya dipisahkan oleh lingkungan jarak, namun perpisahan ini hanyalah untuk waktu sementara.

"Distance is a gift, and the gift is you.."