Minggu pagi, 12 Januari 2014 saat cuaca
sedang mendung dan gerimis sisa hujan semalam. Tak menyurutkan langkahku
sedikitpun untuk menuju ke Jogja. Hawa dingin menambah syahdu perjalananku
bersama ibu. Pukul 07.00 WIB kami siap berangkat menuju tempat kelahiran Ibu
dengan mengendarai sepeda motor. Berbekal beberapa helai baju dan sedikit
makanan untuk makan siang di Jogja (ini idenya Ibu).
Jujur, ini sudah kesekian kalinya aku
mengendarai motor dari Semarang ke Jogja. Tapi kali ini lain, hari ini untuk
yang pertama kalinya aku boncengan bersama Ibu. Sengaja lewat jalur Salatiga –
Boyolali – Klaten – Jogja biar jalannya nggak terlalu menanjak dan macet. Akan
tetapi, nasib berkehendak lain. Baru sampai di Ungaran rasanya udah macet
banget. Bete pula dengan hujan yang kadang turun lalu tiba-tiba berhenti.
Kuputuskan untuk tidak memakai jas hujan.
Alhamdulillah, setelah melewati Bawen
jalanan mulai lancar dan sudah bisa ngebut. Sial, baru sampai di kota Salatiga
harus menuntun kendaraan kira-kira sepanjang 1 km untuk menambalkan ban
belakang karena bocor. Untungnya jalan yang dilalui bukan jalanan menanjak,
tapi hanya turunan yang tidak terlalu tajam. 2 warung tambal ban sudah dilalui
tetapi kata Ibu warung yang di sebelahnya kalau hari Minggu nggak buka. Baiklah,
olahraga pagi.
Sambil menunggu tukang tambal ban mengganti
ban dalam motor, itung-itung sambil istirahat sejenak. Setelah itu membayar Rp
20.000,- sebagai ongkos ganti ban bekas (karena nggak ada ban baru) dan biaya
pasang. Bismillah, perjalanan dimulai kembali.
Sekian kilometer rasanya semua kota yang
dilalui memang mendung dan hujan gerimis. Melewati Salatiga dan Boyolali
rasanya lancar-lancar saja, kemudian memasuki Klaten di sekitar pasar. Ampun
deh, macet banget. Nggak biasa-biasanya banyak banget orang di pasar itu. Dan
perjalanan sedikit terhambat ketika melaju melewati Jatinom, jalannya rusak
parak. Berlubang dimana-mana. Kuputuskan mampir pom bensin sebentar untuk ke
toilet sekaligus isi bensin. Ku tengok jam sudah pukul 09.30 WIB.
Matahari sedikit mengintip di kota Klaten,
untung kali ini nggak kesasar karena aku memang agak lemah perjalanan di
Klaten. Sambil berdoa semoga sampai di Jogja nggak ada halangan lagi. Mampir
minimarket dulu deh beli minuman sama jajanan.
Bismillah, kota Jogja sudah di depan mata
dengan melewati candi Prambanan. Tinggal beberapa kilometer saja melewati Jl.
Piyungan – Prambanan dimana Ibuku merasa bingung “kok udah sampai sini aja ya?”
Apa kubilang? Untuk sampai di daerah perbatasan Bantul – Gunung Kidul memang
lebih dekat lewat jalur Klaten. Melewati jalanan yang menanjak berkelok-kelok
serta melewati bukit bintang selanjutnya menuju Patuk (Ibu kota kecamatan
Gunung Kidul) dan perjalanan menyusuri desa yang udaranya sudah dingin padahal
baru tengah hari.
Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di rumah
Budhe (kakaknya Ibu) dengan selamat dan halangan ban bocor saja. Disambut
dengan ramah oleh tuan rumah dan tak lama setelah itu, hujan deras mengguyur
pedesaan. Bau khas tanah dan air hujan berpadu menjadi aroma khas yang nikmat
dan menyejukkan. Ah, aku ingin tinggal disini lebih lama lagi.
waah, keren banget udah biasa bawa motor semarang-jogja. Aku aja yang dari sleman-bantul udah pegel duluan :D
BalasHapus