Jumat, 11 Maret 2016

Lost in Bledug Kuwu - Grobogan


Hari Minggu tanggal 6 Maret yang lalu, aku bersama tiga orang teman bermaksud untuk wisata naik kereta api. Disepakatilah Minggu pagi kami naik kereta api Kedungsepur seharga tiket Rp 10.000,- dari Stasiun Semarang Poncol menuju Grobogan. Kami sampai di stasiun pemberhentian terakhir (Stasiun Ngrombo) jam 7.45 dalam keadaan lapar. Mana nggak paham jalan pula. Heheee :D

Grobogan adalah sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Purwodadi. Satu hal yang aku tahu dari Grobogan adalah aku akan mengajak ketiga temanku untuk mengunjungi objek wisata Bledug Kuwu sembari menunggu kereta yang akan membawa kami pulang ke Semarang jam 18.15. Dimanakah Bledug Kuwu itu?


Sesampainya di jalan raya depan Stasiun Ngrombo, kami mencari target orang yang bisa ditanya-tanya mengenai angkutan umum menuju ke Bledug Kuwu. Biasanya tinggal ngegas sepeda motor kalau mau kemana-mana, sekarang jadi pengalaman berburu angkot. Hehee :)
Terima kasih untuk Bapak yang berbaik hati menunjukkan rute dan angkutan yang harus kita tumpangi. Perjalanan selanjutnya menuju Pasar Umum Purwodadi menggunakan angkot warna hijau. Turun setelah Pasar Umum Purwodadi tepatnya di depan Masjid jami’ Nurul Iman, Jengglong – Purwodadi – Grobogan dan membayar Rp 5.000 per orang.

Karena kelaparan, kami berempat mencari warung terlebih dahulu untuk menunaikan sarapan. Setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Bledug Kuwu dengan bus kecil jurusan Purwodadi – Sulursari selama kurang lebih 40 menit. Udah kebayang jauhnya kayak apa? Itu 40 menit busnya udah ngebut ajegile sampai aku duduk aja dibikin pontang-panting. Turun persis di depan objek wisata dengan tarif bus Rp 10.000 per orang.

Nah, sampailah kami berempat di sini. Objek Wisata Bledug Kuwu. Salah satu yang terkenal dari Kabupaten Grobogan selain Api Abadi Mrapen dan Waduk Kedungombo.


Bledug Kuwu terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Menariknya dari tempat ini adalah dalam periodik tertentu (selang 2-3 menit), adanya semburan lumpur dari dalam tanah. Mirip gitu deh sama lumpur Lapindo Sidoarjo. Bedanya, di Bledug Kuwu semburan lumpurnya nggak panas. Hawanya aja yang panas, kan kayak di tengah-tengah lapangan gitu. Tenang aja, yang takut kulitnya gosong bisa kok sewa payung.
Oleh penduduk setempat, lumpur ini dimanfaatkan mineralnya untuk membuat garam. Tak jarang, di sekitar objek wisata banyak warga yang menjual garam dan lain-lain.


Dengan tiket Rp 2.000 saja pengunjung sudah bisa menikmati fenomena alam yang unik dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Adapun cerita turun-temurun yang beredar di kalangan masyarakat setempat. Percaya boleh, nggak percaya juga nggak apa-apa. Mau tahu ada cerita apa dibaliknya? Browsing ajah! :P



Untuk berjalan mendekati daerah yang meletupkan lumpur, pengunjung diharapkan berhati-hati karena tanah di sekitarnya agak lembek. Adapun gardu pandang yang bisa digunakan untuk melihat Bledug Kuwu dari kejauhan. Juga tersedia beberapa warung-warung yang menjajakan makanan ringan dan minuman.

Gardu pandang

View dari gardu pandang


Setelah puas dan cukup istirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Simpang Lima Purwodadi. Mampir di masjid sebentar untuk sholat dzuhur dan memutari Simpang Lima demi mencari sesuap makan siang.

Sebenarnya, aku pengen ke objek wisata Api Abadi Mrapen, tapi sayangnya teman-teman yang lain mungkin nggak setuju. Lumayan jauh juga soalnya.
Yasudahlah, atas nama pertemanan dan kekompakan, suatu hari nanti aku pasti bisa mengunjungi objek wisata Api Abadi Mrapen. Mungkin Minggu depan :)


2 komentar:

  1. lumpurnya mengingatkan lumpur lapindo di sidoarjo ya ....
    dari dulu pengen jalan2 naik KA dan explore kota2 kecil yang di singgahi ... belum kesampaian juga ..

    BalasHapus
  2. Kalau malam jam 8 ada bis ke arah solo tidak

    BalasHapus

Terima kasih dan selamat datang kembali :)