Kapan terakhir kalinya kamu ke stasiun?
Kalau aku, mungkin sekitar awal tahun 2012.
Waktu itu, masih jamannya Long Distance Relationship
(LDR) Semarang – Cilegon dengan si ‘dia’ yang tak perlulah kusebutkan namanya
karena sudah jadi suami orang. Aku selalu bersemangat ketika menjemputnya di
stasiun saat pulang kampung, dan menjadi bermuram hati saat mengantarnya kembali
ke stasiun untuk merantau.
Stasiun seolah paham bagaimana hidup
semestinya dijalani. Ada orang-orang yang datang dan pergi. Stasiun hanyalah sebagai
persinggahan sementara, seperti hubunganku dengan dia yang hanya sementara. “Stasiun Tawang ninggal janji”, begitu kataku.
Sama seperti bandara, stasiun pun beraroma perpisahan, kerinduan, dan kesempatan untuk kembali lagi.
Stasiun Semarang Poncol |
Dan akhir penantian panjangku, datanglah
mereka dengan tanpa dosa tanya “tiketnya
ambil di mana? Kata temenku suruh ambil di loket”.
Gila! Gue langsung bete! Mana udah jam 6.00
pula dan kereta akan berangkat 15 menit lagi. Iya, temenku pesan tiket di
temennya yang kerja di Stasiun Poncol. Kirain dia udah bawa tiketnya, eh ga
taunya belum. Panik. Panik. Panik. Dan tanyalah kami di bagian Customer Service yang baru saja buka. Alhamdulillah,
ternyata tiket kami dititipin di situ.
Setelah memperoleh 4 tiket, masing-masing
dari kami mengeluarkan KTP untuk dicocokkan oleh petugas pintu masuk stasiun.
Pukul 6.10 kami sudah memasuki peron dan langsung menuju jalur 1 dimana Kereta
Api Kedungsepur sudah menunggu dengan cantik untuk segera diberangkatkan. Tak berapa
lama ketika kami mendapatkan tempat duduk, kereta pun berjalan menuju ke timur
Semarang. Aku sudah beberapa kali menggunakan kereta api untuk menuju ke
Jakarta dan Jogja (iya, dulu ada kereta Semarang – Jogja lewat Solo). Sementara
ketiga temanku yang lain, ini adalah pengalaman pertama mereka naik kereta api.
Kereta Api Kedungsepur |
Interior dan eksterior rangkaian KA
Kedungsepur berwarna krem-biru. Kereta ini adalah kereta api komuter kelas
eksekutif satu-satunya yang dioperasikan oleh Daop 4 Semarang, melayani rute
Semarang – Ngrombo dan sebaliknya. Stasiun pemberhentian KA Kedungsepur yaitu
Semarang Poncol, Semarang Tawang, Alastua, Brumbung, Tegowanu, Gubug,
Karangjati, Sedadi, Ngrombo. Untuk waktu keberangkatan yaitu pagi dan sore. Dulunya,
tarif sekali jalan berkisar Rp 15.000 – Rp 25.000 dan kini mendapatkan subsidi
dari pemerintah sehingga hanya bertarif Rp 10.000 saja. Murah banget, mengingat
ada AC di dalamnya serta tempat duduk yang lumayan nyaman, bisa diputar
berhadap-hadapan.
Rangkaian KA Kedungsepur menggunakan Kereta
Rel Diesel (KRD). Terdapat 4 gerbong penumpang beserta 1 gerbong yang isinya diesel.
Di balik kenyamanan dan kemurahan yang ditawarkan, adapun kelemahan dari KRD
yaitu getarannya lebih terasa dan suaranya lebih bising.
KA Kedungsepur dulunya melayani rute Weleri –
Semarang – Gubug. Diresmikan menyambut HUT PT. KAI pada tanggal 28 September
2014. Kemudian mulai 1 Februari 2015, KA Kedungsepur pindah rute melayani Semarang
– Ngrombo. Perjalanan ditempuh kurang lebih selama 1,5 jam. Melewati sawah-sawah
dengan tanaman padi yang sudah menguning.
Sampailah kami di Stasiun Ngrombo tepat
waktu. Stasiun Ngrombo (NBO) adalah stasiun kereta api yang terletak di jalan
raya utama Purwodadi – Solo, Depok, Toroh, Grobogan. Dari hasil browsing,
akhirnya aku tahu bahwa di Stasiun Ngrombo ini terdapat 2 bangunan yaitu baru
dan lama. Di sisi barat, ruang tunggu berada di lantai 1 dan lantai 2. Pintu masuk
juga berada di sini. Sedangkan bangunan sisi timur lebih kecil, digunakan
sebagai pintu keluar. Toilet dan mushola yang berada di area dalam stasiun juga
cukup bersih.
Peron Stasiun Ngrombo |
Menuju ruang tunggu lantai 2 Stasiun Ngrombo |
Sebelah utara Stasiun Ngrombo |
Antusias penumpang KA Kedungsepur sangat
tinggi. Adapun orang-orang yang hanya menyempatkan diri sekedar jalan-jalan pulang-pergi
dengan kereta api ini. Jadi, jika ia berangkat dari Semarang pukul 06.15 maka
akan sampai di Ngrombo sekitar pukul 7.44. Kalau ia sudah punya tiket, tinggal
pindah tempat duduk aja sesuai yang tertera di tiket untuk kembali lagi menuju
Semarang.
Kami? Tentu saja nggak mau melewatkan momen
dong, jadi tidak langsung kembali ke Semarang. Jalan-jalan adalah solusinya. Seharian
jadi anak desa dulu, tanpa sepeda motor pula. Salah satu objek wisata yang
terkenal dan gampang dilalui angkutan umum adalah Bledug Kuwu (next posting ya).
Ini pun jaraknya lumayan jauh dari Stasiun Ngrombo. Kami menghabiskan sebagian
siang di Bledug Kuwu sebelum kembali ke Semarang dengan KA Kedungsepur pukul
18.15.
Jadi, apakah kamu pernah kurang kerjaan
jalan-jalan doang naik kereta lokal? Boleh dong di share pengalamannya :D
Saya pernah kurang kerjaan jalan-jalan, tapi naik commuter line. :D
BalasHapustujuhrupa.com
Aku pernah tahun 2014, 10ribu ke JKT hahahaha. sampe sana langsung valik ke Jogja *kurang kerjaan haahhahah
BalasHapusKalo aku stasiun ngrombo ninggal janji mbak :(
BalasHapusUtk saat ini Harga tiket KA kedungsepur masih 10.000 rb kah?
BalasHapusUntuk saat ini harga tiket KA kedungsepur masih 10.000 kah?
BalasHapus