Hari Minggu tanggal 6 Maret yang lalu, aku
bersama tiga orang teman bermaksud untuk wisata naik kereta api. Disepakatilah Minggu
pagi kami naik kereta api Kedungsepur seharga tiket Rp 10.000,- dari Stasiun
Semarang Poncol menuju Grobogan. Kami sampai di stasiun pemberhentian terakhir (Stasiun
Ngrombo) jam 7.45 dalam keadaan lapar. Mana nggak paham jalan pula. Heheee :D
Grobogan adalah sebuah Kabupaten yang berada
di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Purwodadi. Satu hal yang aku tahu
dari Grobogan adalah aku akan mengajak ketiga temanku untuk mengunjungi objek
wisata Bledug Kuwu sembari menunggu kereta yang akan membawa kami pulang ke
Semarang jam 18.15. Dimanakah Bledug Kuwu itu?
Sesampainya di jalan raya depan Stasiun Ngrombo,
kami mencari target orang yang bisa ditanya-tanya mengenai angkutan umum menuju
ke Bledug Kuwu. Biasanya tinggal ngegas sepeda motor kalau mau kemana-mana,
sekarang jadi pengalaman berburu angkot. Hehee :)
Terima kasih untuk Bapak yang berbaik hati
menunjukkan rute dan angkutan yang harus kita tumpangi. Perjalanan selanjutnya
menuju Pasar Umum Purwodadi menggunakan angkot warna hijau. Turun setelah Pasar
Umum Purwodadi tepatnya di depan Masjid jami’ Nurul Iman, Jengglong – Purwodadi
– Grobogan dan membayar Rp 5.000 per orang.
Karena kelaparan, kami berempat mencari
warung terlebih dahulu untuk menunaikan sarapan. Setelah itu melanjutkan
perjalanan menuju Bledug Kuwu dengan bus kecil jurusan Purwodadi – Sulursari selama
kurang lebih 40 menit. Udah kebayang jauhnya kayak apa? Itu 40 menit busnya
udah ngebut ajegile sampai aku duduk aja dibikin pontang-panting. Turun persis
di depan objek wisata dengan tarif bus Rp 10.000 per orang.
Nah, sampailah kami berempat di sini. Objek
Wisata Bledug Kuwu. Salah satu yang terkenal dari Kabupaten Grobogan selain Api
Abadi Mrapen dan Waduk Kedungombo.
Bledug Kuwu terletak di Desa Kuwu, Kecamatan
Kradenan, Kabupaten Grobogan. Menariknya dari tempat ini adalah dalam periodik tertentu
(selang 2-3 menit), adanya semburan lumpur dari dalam tanah. Mirip gitu deh
sama lumpur Lapindo Sidoarjo. Bedanya, di Bledug Kuwu semburan lumpurnya nggak
panas. Hawanya aja yang panas, kan kayak di tengah-tengah lapangan gitu. Tenang
aja, yang takut kulitnya gosong bisa kok sewa payung.
Oleh penduduk setempat, lumpur ini
dimanfaatkan mineralnya untuk membuat garam. Tak jarang, di sekitar objek wisata
banyak warga yang menjual garam dan lain-lain.
Dengan tiket Rp 2.000 saja pengunjung sudah
bisa menikmati fenomena alam yang unik dan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Adapun
cerita turun-temurun yang beredar di kalangan masyarakat setempat. Percaya
boleh, nggak percaya juga nggak apa-apa. Mau tahu ada cerita apa dibaliknya? Browsing
ajah! :P
Untuk berjalan mendekati daerah yang
meletupkan lumpur, pengunjung diharapkan berhati-hati karena tanah di
sekitarnya agak lembek. Adapun gardu pandang yang bisa digunakan untuk melihat Bledug
Kuwu dari kejauhan. Juga tersedia beberapa warung-warung yang menjajakan makanan
ringan dan minuman.
Gardu pandang |
View dari gardu pandang |
Setelah puas dan cukup istirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Simpang Lima Purwodadi. Mampir di masjid sebentar untuk sholat dzuhur dan memutari Simpang Lima demi mencari sesuap makan siang.
Sebenarnya, aku pengen ke objek wisata Api
Abadi Mrapen, tapi sayangnya teman-teman yang lain mungkin nggak setuju. Lumayan
jauh juga soalnya.
Yasudahlah, atas nama pertemanan dan
kekompakan, suatu hari nanti aku pasti bisa mengunjungi objek wisata Api Abadi
Mrapen. Mungkin Minggu depan :)
lumpurnya mengingatkan lumpur lapindo di sidoarjo ya ....
BalasHapusdari dulu pengen jalan2 naik KA dan explore kota2 kecil yang di singgahi ... belum kesampaian juga ..
Kalau malam jam 8 ada bis ke arah solo tidak
BalasHapus