Jumat, 18 Desember 2015

Museum Jamu Nyonya Meneer

Masih dalam rangka mbolos kerja hari Selasa (15/12/2015). Setelah melihat pameran Alutsista dan berkeliling menyusuri Museum Perjuangan Mandala Bhakti, tujuan selanjutnya yaitu mengarahkan kendaraan menuju Museum Jamu Nyonya Meneer. Karena sepertinya museum ini hanya buka di hari kerja saja.

Sesampainya di depan gerbang, saya bertanya kepada security, apakah museum jamu dibuka untuk umum. Jawabnya iya, dan saya disuruh langsung masuk ke sebuah gedung untuk bertemu receptionist. Menunggu sebentar hingga dipertemukan dengan seorang karyawan yang mengantar ke ruang museum jamu. Sebelum masuk ke museum, saya hanya diminta mengisi buku tamu saja, tidak ada biaya masuk museum alias gratis.


Museum Jamu Nyonya Meneer merupakan museum jamu pertama di Indonesia. Terletak di Jalan Raya Kaligawe Semarang. Lokasinya persis di seberang kampus Universitas Sultan Agung Semarang / UNISSULA. Gedung ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama seperti sebuah lobi untuk menyambut tamu dan lantai kedua adalah ruangan museum.

Diresmikan pada tanggal 18 Januari 1984 oleh Ibu Ismail, Ibu Gubernur Jateng pada masa itu.
Setelah naik ke lantai dua, langsung disambut dengan potret Nyonya Meneer serta beberapa kesan pembukaan museum jamu pertama di Indonesia. Salah satunya yang memberi kesan-kesan adalah Ibu Tien Soeharto. Ruangan museum khas sekali dengan aksen Jawa. Beberapa perabot terbuat dari kayu tampak di beberapa sudut museum.


Sebagai pengenalan museum, pengunjung bisa membaca sejarah tentang Nyonya Meneer, tentang asal mula pembuatan jamu, hingga mengapa Nyonya Meneer menggunakan potret dirinya untuk merk jamunya.

Di tengah ruangan terdapat sebuah meja yang di atasnya terpapar bahan-bahan tradisional untuk membuat jamu serta beberapa produk dari PT. Nyonya Meneer. Di beberapa sudut ruangan ada beberapa tanaman yang dipercaya berkhasiat. Seinget saya sih cuma puring dan lidah buaya.



Yang membuat menarik adalah di satu sudut terdapat replika pembuatan jamu tradisional. Beberapa perabot yang digunakan untuk membuat jamu tradisional antara lain anglo, periuk tembaga, cuwo, lumpang, dan lain-lain.


Selain itu, ada benda-benda bersejarah yang ada di museum ini. Seperti mesin ketik, mesin hitung, dan mesin pil.


Adapun beberapa koleksi pribadi milik Nyonya Meneer diantaranya yaitu tempat sirih, tempat parfum yang eksklusif, peralatan kosmetik, tempat minum jamu dari bahan kuningan, dan masih ada lagi yang lainnya. Beberapa benda kesayangan Nyonya Meneer juga dipajang di museum ini salah satunya adalah piring dan cangkir.


Ketika saya ke sana, ruang museum tampak gelap. Mungkin lampu-lampu yang ada di dalam ruangan nggak dinyalakan semua kali ya? Serem sih enggak, cuma remang-remang. Susah baca keterangan tulisan di setiap benda.

Terlepas dari kesan gelap dan (maaf) pengantar yang kurang ramah, saya merasa puas dengan mengunjungi Museum Jamu Nyonya Meneer. Selain menambah pengetahuan tentang warisan leluhur khususnya di bidang pembuatan jamu, juga sarana refreshing yang menyenangkan.

2 komentar:

  1. wah kece nih museum hehe ini melegenda yah hehe

    BalasHapus
  2. ah, belum pernah kesini. yang udah pernah malah ke Taman Djamoe-nya. kecil yah mbak museumnya?

    BalasHapus

Terima kasih dan selamat datang kembali :)