Masih dalam rangka mbolos kerja hari Selasa
(15/12/2015). Setelah melihat pameran Alutsista dan berkeliling menyusuri Museum
Perjuangan Mandala Bhakti, tujuan selanjutnya yaitu mengarahkan kendaraan menuju
Museum Jamu Nyonya Meneer. Karena sepertinya museum ini hanya buka di hari
kerja saja.
Sesampainya di depan gerbang, saya bertanya kepada
security, apakah museum jamu dibuka
untuk umum. Jawabnya iya, dan saya disuruh langsung masuk ke sebuah gedung
untuk bertemu receptionist. Menunggu
sebentar hingga dipertemukan dengan seorang karyawan yang mengantar ke ruang
museum jamu. Sebelum masuk ke museum, saya hanya diminta mengisi buku tamu
saja, tidak ada biaya masuk museum alias gratis.
Museum Jamu Nyonya Meneer merupakan museum
jamu pertama di Indonesia. Terletak di Jalan Raya Kaligawe Semarang. Lokasinya
persis di seberang kampus Universitas Sultan Agung Semarang / UNISSULA. Gedung
ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama seperti sebuah lobi untuk menyambut
tamu dan lantai kedua adalah ruangan museum.
Diresmikan pada tanggal 18 Januari 1984 oleh
Ibu Ismail, Ibu Gubernur Jateng pada masa itu.
Setelah naik ke lantai dua, langsung
disambut dengan potret Nyonya Meneer serta beberapa kesan pembukaan museum jamu
pertama di Indonesia. Salah satunya yang memberi kesan-kesan adalah Ibu Tien
Soeharto. Ruangan museum khas sekali dengan aksen Jawa. Beberapa perabot
terbuat dari kayu tampak di beberapa sudut museum.
Sebagai pengenalan museum, pengunjung bisa
membaca sejarah tentang Nyonya Meneer, tentang asal mula pembuatan jamu, hingga
mengapa Nyonya Meneer menggunakan potret dirinya untuk merk jamunya.
Di tengah ruangan terdapat sebuah meja yang
di atasnya terpapar bahan-bahan tradisional untuk membuat jamu serta beberapa
produk dari PT. Nyonya Meneer. Di beberapa sudut ruangan ada beberapa tanaman
yang dipercaya berkhasiat. Seinget saya sih cuma puring dan lidah buaya.
Yang membuat menarik adalah di satu sudut
terdapat replika pembuatan jamu tradisional. Beberapa perabot yang digunakan
untuk membuat jamu tradisional antara lain anglo, periuk tembaga, cuwo, lumpang,
dan lain-lain.
Selain itu, ada benda-benda bersejarah yang
ada di museum ini. Seperti mesin ketik, mesin hitung, dan mesin pil.
Adapun beberapa koleksi pribadi milik Nyonya
Meneer diantaranya yaitu tempat sirih, tempat parfum yang eksklusif, peralatan
kosmetik, tempat minum jamu dari bahan kuningan, dan masih ada lagi yang lainnya.
Beberapa benda kesayangan Nyonya Meneer juga dipajang di museum ini salah
satunya adalah piring dan cangkir.
Ketika saya ke sana, ruang museum tampak
gelap. Mungkin lampu-lampu yang ada di dalam ruangan nggak dinyalakan semua
kali ya? Serem sih enggak, cuma remang-remang. Susah baca keterangan tulisan di
setiap benda.
Terlepas dari kesan gelap dan (maaf)
pengantar yang kurang ramah, saya merasa puas dengan mengunjungi Museum Jamu
Nyonya Meneer. Selain menambah pengetahuan tentang warisan leluhur khususnya di
bidang pembuatan jamu, juga sarana refreshing
yang menyenangkan.
wah kece nih museum hehe ini melegenda yah hehe
BalasHapusah, belum pernah kesini. yang udah pernah malah ke Taman Djamoe-nya. kecil yah mbak museumnya?
BalasHapus