Untuk kamu,
Lelaki yang
kerap kali kusapa dengan inisial,
Hai, bagaimana kabarmu? Sehat kan? 5 hari tanpa
pesanmu rasanya sudah terlalu biasa. Bahkan aku sanggup menunggumu kurang lebih
satu setengah tahun, dengan rasa yang selalu sama seperti hari pertama kamu
meninggalkanku.
Kamu sekarang sibuk apa? Apakah di seberang pulau sana
kau sedang bersantai-santai di hari libur? Atau mungkin sedang menikmati cuti
di kota kelahiranku? Semoga dimanapun kamu berada, Tuhan selalu melindungimu.
Jangan lupa pakai jaket kalau kemana-mana, kau tak ingin membuat kulitmu gosong
karena sinar matahari kan? Jangan lupa pula memakai baju hangat supaya tidak
kedinginan di malam hari. Aku tahu, mungkin kau terlalu malas, tapi aku peduli
padamu makanya aku mengingatkanmu. Lelaki yang terlampau sederhana, yang pernah
membuatku nyaman dengan memandang senyumnya.
#30HariMenulisSuratCinta kali ini bertema “Just Say It!”. Entah kenapa, kupilih
mengirimi kamu dengan rangkaian kalimat ini, yang sebenarnya juga bingung apa
yang ingin aku sampaikan. Hehee.
Ratusan hari setelah kau pergi, aku masih sendiri.
Kusesap tetesan kenangan manis yang kau beri melalui pesan-pesan singkat dalam handphoneku. Kutelan pula pil pahit
hasil kebersamaan denganmu tanpa mengecap sedikitpun rasanya. Kukira baru
kemarin kau menemaniku, kini sudah tak ada lagi canda tawa mesra yang keluar
dari setiap percakapan denganmu. Meski
begitu, aku tidak pernah berniat melupakanmu, pun belum mampu mengganti
tempatmu dengan orang baru.
Mata sipit yang dengannya aku pernah mampu melihat ketulusan, kini sudah tak tergapai lagi. Kamu pergi dengan membawa kekecewaanmu karenaku. Jujur, aku menyesal sudah membiarkanmu melenggang pergi tanpa bisa kutahan lagi. Setelah hari itu, aku berjanji kepada diriku sendiri untuk memperbaiki hal-hal yang membuatmu muak dengan tingkahku. Hingga saat ini, aku masih berjuang menjadi lebih baik untukmu. Meski aku tahu, kau tidak lagi memandangku dengan rasa yang sama.
Menyayangimu adalah hal paling indah dalam hidupku.
Aku mengerti rasanya memiliki keluarga kedua, keluargamu yang hangat padaku.
Aku belajar menyatu denganmu, dengan keluargamu. Yang sekarang entah bagaimana
kabarnya. Hei, apakah keluargamu sudah kau beri tahu kalau kita menempuh ‘jalan
yang berbeda’ sejak lama? Sampaikan pula maafku pada keluargamu kalau aku sudah
lama sekali tidak berkunjung ke rumah. Aku merindukan mereka, aku merindukanmu
juga beserta setiap kenangan yang terukir rapi.
Aku masih yakin dengan rasa yang aku punya untukmu.
Sejak saat itu dan sampai saat ini. Meskipun kamu pernah membangun tembok yang
tinggi diantara kita, dan aku membangun pagar agar tidak bisa mengintip melalui
celahnya, aku masih percaya jika selalu kamu yang memenuhi hatiku. Tidak mudah
membohongi perasaan sendiri. Rasa itu aku sebut, cinta.
Dan mencintaimu adalah hal yang paling kompleks dalam
hidupku.
Kamu masa laluku, akankah menjadi masa kini serta masa
depanku?
Dari aku,
Yang tidak lupa melewatkan hari-hari dengan
memikirkanmu, walau kau tak pernah tahu.
Dibuat untuk
#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-16
ya ampun aku kelewatan baca suratnyaaa
BalasHapussemangat terus yaaaa