Kau tahu betapa sulitnya aku menghindari rasa yang memuakkan
ini?
Rindu, begitu aku menyebutnya. Entah
kamu. Kurasa tak pernah ada rindu dalam deru dadamu. Rindu yang memaksaku untuk
memendam segala emosi yang perlahan akan meluap. Rindu yang hadir tanpa ucapan
permisi, tanpa untaian kata. Tahu-tahu sudah memuncak dan membuat perih. Kau
bahkan tak tahu bagaimana sulitnya memandangmu hanya melalui kenangan semu.
Memikirkanmu saja sulit. Sulit untuk diterima kenyataan bahwa kau hanyalah
seseorang di masa lalu yang mungkin saja tidak akan hadir kembali di masa yang
akan datang. Tapi, tetap saja aku merindukanmu. Dengan segala perasaan yang
kupunya, dengan segala suasana hati yang membuncah, memandang wajahmu melalui
sosial media pun tak pernah sesederhana mengucap rindu. Namun, tak memikirkanmu
itu jauh lebih sulit lagi, sepertinya malam selalu bersekongkol untuk
menampakkan bayangmu.
Bukankah rindu yang terpendam itu lebih
baik?
Aku cukup bahagia kau masih mau mengenalku,
masih ingin berbincang denganku. Meski sangat singkat, meski tak bersahabat.
Kurasa aku harusnya tetap berterima kasih padamu yang sempat mendengarkan suara
hatiku. Berterima kasih untuk segala rasa dan lara oleh sebabku. Aku terima
kenyataan ini, mungkin suatu saat kau akan luluh juga. Aku masih berharap
selama ini, kau tahu? Ya, mungkin saja kau tahu karena aku pernah
mengutarakannya. Tetapi tentu saja kadar tak pedulimu lebih terlihat nyata. Hahaa.
Aku masih sanggup kok menyenangkan hatiku sendiri. Membuatmu seolah-olah ada di
sisiku, berbincang hangat, hanya melalui angan, mimpi.
Kalau kau bertanya, apa yang membuatku
selalu mengingatmu.
Aku akan menjawab Jogja. Sebuah kota
istimewa yang sangat-sangat membuat hatiku terpana. Kota tempatku melepas
penat, kota tempatku merindukanmu, kenangan bersamamu. Begitu juga kah kau? Ah
sepertinya tidak. Jogja memang hanya tempatmu berpulang. Bodohnya aku yang
masih saja berharap kau mengingat hal-hal beberapa tahun silam. Aku baru ingat,
kau sudah dewasa, tentu saja lebih tahu siapa yang terbaik untukmu, yang pantas
bersanding denganmu. Seseorang yang ada di depan, bukan di belakang, bukan masa
lalu.
Ah maaf, aku memang suka melantur untuk
membicarakan soal hati. Tentang
kamu, tentang kita aku dan kamu, serta kenangan. Rindu ini sudah parah,
dan tulisan adalah salah satu mediaku untuk menyampaikannya padamu yang entah
berada dimana dengan keadaan yang bagaimana. Semoga kamu sehat selalu.
Dari:
Aku yang tak pernah bisa menyebutmu
dengan panggilan nama. Aku yang tak pernah mengejamu dalam kalimat mesra. Maaf.
Aku tak bisa. Cukuplah kau kusebut dengan kata “kamu, kau, atau seseorang”.
Seseorang yang mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan rindu di hati.
Seseorang yang hanya sanggup kucintai dalam diam. Seseorang yang telah membuat
hatiku tak karuan. Kamu.
Tetapi, kurasa kau paham siapalah aku
ini.
Dibuat untuk #30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-15
Terkadang orang yang paling menderita adalah orang yang tersakiti akan rindu di dada :))
BalasHapusaku juga biasa panggil dia dengan sebutan "kamu". lebih ngena aja. :D
BalasHapussemoga suatu hari ada yang merasakan hal ini dan berani mengungkapkannya ke kamu. semangat yaaa.
BalasHapusselamat Hari Kasih Sayang <3