Untuk
pemilik senyuman terhangat versiku,
Kabar baik
hari ini? Semoga ya!
Entah kenapa
aku tak pernah jemu mengirimkan surat-surat tak bernama ini kepadamu. Tentu saja,
kau tahu siapa tujuan dalam setiap suratku meski aku sering menyebutkannya
dengan kata ‘kamu’.
Aku tidak
yakin kamu pernah membaca satu saja dari sekian surat yang beralamat untukmu.
Aku pun
tak yakin kau masih setia mengunjungi desas-desus alam pikiranku yang tertuang
dalam blog ini.
Kalaupun kamu
sempat menyambangi sebentar, mungkin kau akan melewatinya begitu saja. Seperti sebuah
tempat yang (hanya) pernah kau singgahi. Hatiku.
Kepada seseorang
yang pernah meminjamkan pundaknya untukku bersandar. Kamu.
Aku tidak
tahu bagaimana hatimu menyambut hadirku yang pernah menjadi sepersekian bagian masa
lalumu. Semoga dengan tangan yang kau rentangkan lebar-lebar untuk aku masuk
kembali ke hidupmu, meski bukan sebagai kekasihmu.
Kau pernah
menutup semua aksesku menujumu. Kau bentangkan jarak sejauh-jauhnya agar aku
tak pernah bisa menelusup masuk di hidupmu. Kau bangun pula tembok tinggi di
tempat yang mungkin akan kujamah untuk mencarimu. Demi apa? Nyatanya kau gagal. Kau tidak
bisa membuatku berpaling dari sosokmu.
Kini, aku
sudah menemukanmu kembali. Menjalin komunikasi yang sempat terputus belasan
bulan lamanya. Disaat serpihan luka telah sebagian mengering. Aku berusaha
mengerti keadaanmu, keadaan kita yang sekarang. Semakin aku memahami, semakin
aku terjebak dalam sebuah rasa yang sama dengan diam-diam suka. Rumit.
Aku merindukanmu
ketika aku menuliskan surat ini untukmu. Rindu ini sudah tidak sedikit lagi. Rindu
ini sudah bertumpuk-tumpuk, terkadang kutemukan usang di bagian dasarnya. Mari
kuberi tahu sejenak jika setiap malam, setiap melihat senyum menawanmu di wallpaper handphoneku, aku ingin memiliki senyuman khas itu kembali. Apakah masih
ada kesempatan?
Sayangnya,
aku tidak tahu apakah senyum itu sudah dimiliki perempuan lain atau belum. Aku
bahkan tidak tahu perempuan mana yang bisa dengan mudah mencuri hatimu setelah
aku. Apakah perempuan itu memang ada atau hanya imajinasiku semata? Pernah
suatu ketika kamu bilang tidak sedang mengikat hati dengan seseorang. Ya,
mungkin saja imajinasiku yang barusan terdengar ngawur. Hahaa. Jujur saja, aku belum
sanggup merelakanmu dengan seseorang yang bukan aku.
Sesekali mampirlah
sebentar ke hidupku. Walaupun melalui pesan singkat, supaya aku tidak kesepian.
Supaya aku bisa merasakan senyum lebarku lagi karenamu. Aku sudah bosan membaca
berulang-ulang pesan singkatmu yang itu-itu saja.
Mungkin kau
tahu aku masih membutuhkanmu. Aku akan selalu ada untukmu. Tapi aku lebih tahu
kalau kau tidak selalu untukku.
Dari aku,
yang
belum mampu menggantimu yang begitu menawan dalam hatiku.
Dibuat
untuk #30HariMenulisSuratCinta Hari ke-19
tapi ini buat siapaa??
BalasHapusaku kepooo
hehehe
semangat yaaaa
rindu, rindu, rindu ya begitulah rindu. kadang datang tiba2 dan susah pergi. persis seperti kesurupan, datang tak terduga...
BalasHapussurat cintanya romantis euy... keren hhe
BalasHapusRomantisnya...
BalasHapusSiapakah lelaki yang beruntung itu?
waaaaah sang mantan yaaa ... semoga orangnya bacaa dan cepat sadar yaa ...hehehehehe
BalasHapus