Hari sudah menjelang sore ketika aku
menginjakkan kaki keluar dari GOR Klebengan. Dengan sedikit gontai dan sedikit
suntikan semangat yang di dapat disini, maka aku memutuskan untuk melanjutkan
jalan-jalan ke Taman Budaya Yogyakarta yang dikenal dengan singkatan TBY.
Untuk mengetahui lebih lengkapnya
perjalananku di tanggal 24 Agustus 2014, kamu bisa buka Jalan-jalan ke #FKY26 dan Dari Bantul Expo hingga GOR Klebengan Sleman.
Setelah parkir di depan ruko Taman Pintar
yang jual buku, aku masuk melalui gerbang TBY. Oh ya Taman Budaya Yogyakarta
beralamat di Jl. Sriwedari No. 2 Yogyakarta. Pokoknya persis di deketnya Taman
Pintar.
Sambutan tulisan “Pasar Kangen Jogja 2014”
bikin heboh dalam hati. Akhirnya bisa keturutan juga ke tempat ini, di hari
terakhir pula. Seneng iya, sedih iya juga. Nggak berani minta dipotoin orang
asing di depan sini nih, sendirian soalnya :D
Tanpa banyak waktu, aku memutuskan untuk
masuk ke gedung yang digunakan untuk pameran potensi daerah. Jadi di gedung ini
digunakan untuk ajang kebolehan daerah-daerah di Jogja seperti contohnya kampong
wisata Tahunan. Yang dipamerkan juga beraneka ragam, ada makanan khas daerah
tersebut, seni batik, kerajinan tangan dan ada juga kerajinan topeng.
Tak hanya di dalam gedung, di halaman TBY
juga didirikan panggung hiburan yang setiap harinya digunakan untuk pentas
seni. Kebetulan sore ini ada penari dari mana ya? Entahlah lupa, hehee.
Katanya, Pasar Kangen Jogja dihadirkan untuk
membawa pengunjung bernostalgia ke suasana Jogja tempo dulu, nyatanya aku
sendiripun tidak merasakan hal tersebut. Yupp, memang ada beberapa penjual yang
menawarkan dagangan barang-barang tempo dulu seperti perangko, uang jaman dulu,
bahkan buku-buku bekas yang Cuma terbit di jaman dulu. Tetapi ada juga yang
menjual kesenian modern seperti jam dari flannel dan hiasan-hiasan yang bisa
ditemukan pada jaman sekarang. Bagus sih, tapi kesan “Kangen Jogja Tempo Dulu”
nya nggak terasa di hati.
Selain barang-barang, adapun stand kuliner
yang bisa kamu nikmati kalau lapar atau haus. Disini pun ada yang menjual
makanan tradisional seperti gethuk, tiwul, dll. Sayang nggak bisa ambil foto
karena ramai banget. Juga ada kulineran jaman kini. Yang bikin nggak terasa
Jogja jaman dulunya menurutku dicampur stand-standnya. Mungkin lebih asik kali
ya kalau bagian tradisional dikelompokkan jadi satu, begitu pula yang modern. Biar
terlihat rapi.
Eitss. Disini aku nemu satu stand unik. Dia buka
jasa ramalan pakai tarot. Mau nyobain sih, tapi yang jaga stand lagi nggak di
tempatnya. Yaudah, lewatin aja.
Sebagai oleh-oleh di Pasar Kangen Jogja 2014
aku beli flower crown, bentuknya kayak head band tapi menyerupai mahkota sih. Terbuat
dari bunga-bungaan imitasi yang dirangkai. Beraneka warna unyu, harganya mulai
Rp 10.000,-
Akhirnya kesampaian juga ngendon cantik di
seputaran TBY. Pengennya sih menikmati es krim yang dijual disono, tapi pengen
aja sih nggak beli.
Keluar dari area parkir Taman Budaya
Yogyakarta, aku langsung berniat pulang ke rumah Semarang. Rasanya belum puas,
seperti ada yang tertinggal di kota ini. Ah, hatiku…
Pulang
ke kotamu
Ada
setangkup haru dalam rindu
Masih
seperti dulu
Tiap
sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut
aku akan nostalgia
Saat
kita sering luangkan waktu
Nikmati
bersama
Suasana
Jogja
*Yogyakarta by Kla Project
Sampai jumpa di lain waktu lagi ya, my beloved city…
Dulu saya ke Pasar Kangen beli mainan kodok-kodokan. Kalau saya cari di Beringharjo pas hari-hari biasa nggak nemu yang jual, hahaha.
BalasHapusWah, lain kali bisa ajak2 saya kalau mau foto-foto. Tenang harga bersahabat, hehe.. Enggak becanda, gratis kok. Kayanya enak tuh wedang kulit manggis-nya, itu Mastin apa Garcia? :)
BalasHapus