Jumat, 07 September 2018

Tur Jalan Kaki Menelusuri Peradaban Multicultural di Kota Semarang



Semarang adalah sebuah kota pelabuhan yang tidak begitu besar dengan sejarah yang menarik.
Pada awal abad ke-18, Semarang terbagi dalam beberapa bagian menurut etnis. Masyarakat Eropa yang kecil jumlahnya menetap di benteng VOC (sekarang kawasan kota lama Semarang) di sisi timur muara Kali Semarang. Pada sisi barat terdapat sebuah kampung campuran, tempat tinggal para nelayan, anak buah kapal, pedagang pribumi, Melayu, dan Banjar (sekarang kampung Melayu). Serta kawasan pecinan yang terletak di tikungan sisi barat Kali Semarang.


Untuk mengenal lebih dalam mengenai kampung-kampung yang membentuk Semarang menjadi multicultural, bersukariawalk mengadakan walking tour / tur jalan kaki dengan rute multicultural. Sudah dua kali saya ikut rute ini, sekitar Mei 2017 lalu dan terakhir tanggal 22 Agustus 2018.

Meeting point di depan Kantor Pos Besar Semarang. Setelah perkenalan peserta satu persatu, mbak Dian sebagai story teller mulai mengenalkan sejarah Kantor Pos Besar yang dibangun sejak 1852, serta gedung-gedung di sekitarnya seperti ex. De Javasche Bank yang kini digunakan sebagai kantor cabang Bank Jateng dan Gedung Papak yang sekarang berfungsi sebagai Gedung Keuangan Negara.


Tak lupa mengenalkan Nol Kilometer Semarang kepada para peserta karena banyak yang datang dari luar kota.


Menyusuri Jl. Pemuda ke arah timur, belok di Jl. Kolonel Sugiono, menyeberang rel kereta api, maka kita akan sampai di etape pertama rute Multicultural yaitu Masjid Layur atau masyarakat sekitar menyebutnya Masjid Menara.


Salah satu masjid tertua di Kota Semarang ini dibangun tahun 1802. Arsitekturnya unik, memadukan budaya Arab, Melayu, dan Jawa. Hal ini terlihat pada bangunan utama masjid, dimana terdapat 4 buah soko guru. Hingga kini atapnya masih berupa meru, khas masjid-masjid Jawa pada masanya.


Keunikan lain dari Masjid Layur ini adalah dulu pintu masuk menghadap ke Kali Semarang. Bangunan yang sedianya 2 tingkat ini sekarang hanya tersisa 1 tingkat saja akibat penurunan tanah di sekitar kawasan tersebut.

Dari Masjid Layur, kami meneruskan berjalan kaki ke utara, melintasi jembatan yang berdiri di atas Kali Semarang. Sejauh mata memandang, kita bisa melihat sebuah mercusuar hadiah dari Raja Willem III sebagai pengganti dari mercusuar yang ada di Masjid Layur. Mercusuar setinggi kurang lebih 30 meter itu berada di kawasan yang saat ini bernama Boom Lama. Dibangun pada tahun 1879 oleh perusahaan Konstruksi Chance Brothers and Co. asal Birmingham, Inggris dan mulai dioperasikan tahun 1804.


Hari sudah semakin gelap saat kita melewati bangunan tua di Jl. Bandarharjo Selatan. Di sisi utara jalan, kita bisa melihat nama bangunan tersebut dulunya adalah Vereenigde Javasche Houthandel Maatschappyen, sebuah gudang perusahaan kayu / mebel.


Dari tulisan yang tertera di fasad depan, bangunan yang kini milik Perusahaan Daerah Jawa Tengah ini didirikan tahun 1911. Namun sekarang tidak difungsikan lagi.


Di seberangnya ada bangunan yang nyaris roboh, sedih rasanya melihat gedung-gedung yang tak terurus padahal dulunya berdiri megah. Bangunan ini dulunya pernah digunakan oleh PT. Mega Eltra yang mewarisi beberapa aset dari NV Lindeteves Stokvis (Top Big Five Company di masa kolonial).


Adzan berkumandang saat kita melewati Pabrik Rokok Praoe Lajar, maka sebelum melanjutkan ke tujuan berikutnya, Mbak Dian mempersilakan kami yang ingin beribadah untuk sholat Maghrib terlebih dulu di sebuah masjid.

Tak begitu jauh dari tempat beristirahat dan sholat, tibalah kita di pemberhentian berikutnya yaitu Gereja Gedangan. Nama aslinya adalah Gereja Paroki St. Yusup, dikenal dengan nama Gereja Gedangan karena di daerah yang kini bernama Gedangan dulunya adalah areal kebun pisang.


Bahwasanya Semarang tak hanya memiliki Gereja Blenduk sebagai gereja tertua, tetapi juga ada Gereja Gedangan — gereja Katholik tertua di Semarang. Pada tanggal 1 Oktober 1870 dilakukan peletakan batu pertama, 5 tahun kemudian gedung yang diarsiteki oleh W.I. van Bekel tersebut selesai dibangun dan diberkati oleh Mgr. Lijnen.

Gereja Gedangan juga mempunyai peranan penting dalam sejarah pertempuran 5 hari di Semarang. Mgr. Soegijapranata adalah tokoh Jawa yang menjadi kardinal pertama. Beliau tinggal di pastoran Gedangan. Saat pertempuran 5 hari di Semarang pecah, Mgr. Soegijapranata menggunakan Gereja Gedangan sebagai lokasi sembunyi pemuda Semarang dari kejaran tentara Jepang. Beliau juga menolong para pemuda untuk melarikan diri hingga tak terendus tentara Jepang. Kini namanya diabadikan menjadi sebuah universitas swasta di Kota Semarang.

Sungguh keberuntungan sedang berpihak kepada kami, karena kami bertemu dengan salah seorang mahasiswi STPKat, kemudian mempertemukan kami dengan Suster Bertha yang mengizinkan kami ngobrol-ngobrol santai sambil melihat-lihat komplek Susteran St. Fransiskus. Di salah satu sudut biara, terpasang 2 prasasti berbahasa Belanda yang artinya kurang lebih perayaan 100 tahun kedatangan Pastor Prinsen, pastor pertama di Semarang yang tiba tahun 1809.


Di sudut yang lain bisa ditemukan batu pertama Rumah Sakit kompeni oleh Frederik Julius Cayett, anggota Dewan Hindia dan Komandan Pantai Timur Laut Jawa pada 28 Juli 1932.


Bangunan paling menarik di komplek susteran adalah kapel bergaya neo-gotik. Sungguh kami terpesona dengan kecantikan arsitektur di kapel ini. Interiornya masih asli, kaca-kaca patri yang pasti akan sangat indah di siang hari, serta hamparan tegel berornamen menarik.



Jika Gereja Gedangan diperuntukkan bagi pemeluk agama Katholik, tujuan walking tour berikutnya adalah gereja untuk umat Kristiani. Gereja tertua di Kota Semarang, sekaligus menjadi bangunan tertua di Kota Lama Semarang. GPIB Immanuel atau dikenal dengan Gereja Blenduk dibangun tahun 1753.


Di kawasan Kota Lama inilah pemukiman orang-orang Eropa dipusatkan. Untuk lebih jelasnya mengenai Kota Lama Semarang, bisa juga ikut walking tour  rute  Oldtown / Kota Lama.

Menjauh dari kawasan Kota Lama menuju ke selatan, satu persatu peserta walking tour pada berguguran karena sudah menjelang malam, akhirnya kita sampai di pemukiman masyarakat keturunan Arab - Pakistan. Di sini kita akan menemukan salah satu masjid tua di Kota Semarang yaitu Masjid Jami' Pekojan. Dibangun pada tahun 1878 oleh saudagar dari Pakistan untuk ibadah para pedagang muslim.



Bagunan masjid yang merupakan bangunan awal masih berdiri kokoh, mempertahankan 4 buah soko guru dari kayu jati. Beberapa kali sudah dilakukan renovasi hingga menjadi seluas seperti sekarang.

Di dalam komplek Masjid Jami' Pekojan bisa ditemukan beberapa makam yang sudah tidak ada nama di nisannya. Adapun makam yang dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dan sering diziarahi yaitu makam Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus. Selain menyebarkan agama islam, beliau juga sangat terkenal sebagai penyembuh. Dari sifat Syarifah Fatimah yang suka menolong, daerah ini kemudian dinamakan Petolongan.

Di salah satu sudut Masjid Jami' Pekojan terdapat pohon yang tumbuh lebat bernama pohon bidara. Konon pohon ini bibitnya dibawa dari Gujarat, dan hanya bisa tumbuh di areal masjid.


Akhirnya tibalah di titik terakhir walking tour rute Multicultural yaitu kawasan Pecinan. Untuk mewakili kawasan Pecinan, kami dibawa menuju Klenteng Tay Kak Sie, klenteng terbesar dengan dewa terlengkap di Kota Semarang.


Cerita sedikit mengenai Pecinan Semarang, awalnya dimulai ketika Belanda menerapkan sistem Wijkenstelsel yaitu pemisahan orang-orang Tionghoa dengan pribumi. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya serangan lanjutan ketika orang-orang Tionghoa kalah dalam pemberontakan yang dikenal dengan nama Geger Pecinan pada tahun 1740.
Lebih lengkapnya mengenai rute Pecinan Semarang bisa klik link berikut ini atau bisa juga ikut walking tour rute Chinatown / Pecinan.

Beruntung saat kami tiba di Klenteng Tay Kak Sie sedang ada pertunjukan wayang potehi. Menonton sebentar, kemudian melanjutkan jalan kaki ke tempat titik kumpul awal tadi.

Disclaimer dari story teller, rute Multicultural adalah rute terpanjang di Bersukariawalk sekaligus menjadi rute favorit.
Dalam sekali kesempatan, kita dibawa keluar masuk kawasan dengan tradisi dan keunikannya masing-masing. Kita juga bisa melihat dan merasakan langsung keanekaragaman etnis yang hidup berdampingan dan rukun di bawah naungan Kota Semarang.

Jadi, berminat ikut walking tour bareng @bersukariawalk?

6 komentar:

  1. Kok foto klenteng Tay Kak Sienya masih terang wkwkwk.

    Banyak bonusnya ya kemaren? Bisa masuk kapel pula. Agak nyesel gak ikut aku tu 😒😒
    Padahal udh dari lama pengen remidi rute ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaa.. foto-fotonya kebanyakan pas walking tour pertama.

      Beruntung banget lhoo bisa dikasih ijin masuk kapel. Sayangnya udah malem, kalau siang pasti keren banget.

      Hapus
  2. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus
  3. DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
    BONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
    BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
    BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
    Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
    Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.biz
    UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
    WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^

    BalasHapus
  4. The Wynn Casino - Mapyro
    The 구미 출장마사지 Wynn Las 동해 출장안마 Vegas is a hotel and casino located on the Las Vegas 충주 출장안마 Strip in Paradise, Nevada, United States. The casino 전라남도 출장마사지 offers 문경 출장안마 a full-service spa,

    BalasHapus

Terima kasih dan selamat datang kembali :)