Rabu, 25 Januari 2017

Pasar Imlek Semawis Pertemukan Berbagai Etnis di Semarang


Setelah ditetapkan sebagai hari libur pada tahun 2003 oleh Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI, perayaan Imlek tak hanya dirayakan oleh etnis Tionghoa saja. Akan tetapi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya di Semarang memeriahkan aktivitas-aktivitas menjelang Imlek dengan mengadakan acara Pasar Imlek Semawis. Event tahunan ini diselenggarakan oleh KOPI SEMAWIS (Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata).


Di tahun 2017, Pasar Imlek Semawis bertema ‘Obar-abir’ yang intinya adalah warna-warni, simbol dari Bhinneka Tunggal Ika. Diselenggarakan di tempat yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu di sepanjang Jalan Wotgandul Timur hingga Jalan Gang Pinggir. Selasa malam (24 Januari 2017) acara resmi dibuka oleh walikota Semarang, Bapak Hendrar Prihadi yang ditandai oleh pembunyian kencreng – salah satu alat musik khas Tionghoa. Tak ketinggalan juga ada penandatanganan dan peluncuran perangko shio ayam. Perangko ini diterbitkan khusus oleh PT. Pos Indonesia (Persero) untuk berpartisipasi dalam perayaan Imlek 2017.

Di hari pertama penyelenggaraan Pasar Imlek Semawis mampu menyedot animo masyarakat untuk menyaksikan acara apa saja yang digelar. Sejak pukul 18.00, pengunjung menyemut memadati area Pasar Imlek Semawis. Lorong lampion sukses menarik perhatian setiap pengunjung untuk selfie maupun berfoto bersama kawan atau keluarga.



Berbagai kegiatan pun disusun untuk memeriahkan Pasar Imlek Semawis pada 24 – 26 Januari 2017. Salah satunya yaitu tuk panjang yang mulai digelar dua tahun terakhir. Sama halnya dengan perayaan lebaran, kumpul keluarga, makan-makan bareng, tuk panjang ini adalah semacam makan malam bersama dalam sebuah meja makan yang ditata memanjang. Esensinya mengadakan tuk panjang ini adalah kebersamaan. Tak hanya dihadiri oleh etnis Tionghoa saja, tetapi hadir pula walikota Semarang beserta Ibu Tia, wakil walikota semarang, serta para tamu undangan.


Pengunjung juga dihibur dengan atraksi barongsai dan liang liong dari Tri Suci Semarang. Tabuh-tabuhan yang bertalu-talu serta lincahnya para pemain, menambah suasana menjadi makin meriah. Pengunjung pun bisa memberikan angpao kepada barongsai atau liong dengan cara memasukkan ke mulutnya. Konon, angpao ini sebagai ucapan rasa syukur atau upah naga untuk mengusir roh jahat (tolak bala).
Di salah satu sudut kawasan Pasar Imlek Semawis, saya menjumpai ogoh-ogoh yang diarak pada karnaval budaya Grebeg Sudiro di Solo, hari Minggu sebelumnya.




Jika beruntung, pengunjung akan bertemu dengan cengge / tokoh dewa-dewi. Saya tahunya cuma tokoh yang terkenal di serial Kera Sakti seperti Dewi Kwan Im, Bhiksu Tong Sam Cong, dan Sun Go Kong (tidak ada di foto).


Pertunjukan wayang potehi kembali hadir memeriahkan Festival Imlek Semawis. Wayang ini adalah salah satu jenis wayang khas Tionghoa, semacam boneka yang berbentuk orang dengan kostum etnis Tionghoa. Cara memainkannya sama seperti wayang pada umumnya, akan tetapi pada wayang potehi ini tangan sang dalang dimasukkan ke dalam boneka yang dimainkan.


Adapun panggung utama yang letaknya di pertigaan Gang Pinggir (Gambiran) yang juga memeriahkan acara seperti pagelaran musik obar-abir, atraksi wushu, ketoprak semarangan, dan lain-lain.


Kethoprak Semarangan

Kethoprak Semarangan

Sambutan Kepala Disbudpar Kota Semarang

Sepanjang kurang lebih 350 meter, berbagai stand dibuka. Mereka menjual bermacam-macam, mulai dari kuliner, pakaian khas imlek, accessories, dan masih banyak lagi macamnya.

Stand Batik

Kuliner

Selfie dengan Walikota Semarang

Dalam sambutannya, Bapak Hendrar Prihadi turut mengingatkan kepada masyarakat untuk merawat kebersamaan agar Semarang tetap menjadi kota yang kondusif.
 

2 komentar:

Terima kasih dan selamat datang kembali :)