Minggu, 30 Oktober 2016 yang lalu, setelah
berkunjung ke Pura Mangkunegaran dan secara kebetulan melintasi Jalan
Ngarsopuro, bertemulah saya dengan pemuda-pemudi dan para taruna yang sedang
berkumpul. “Mungkin ada acara”, pikir saya seketika. Lalu saya berjalan lagi
hingga perempatan Jalan Slamet Riyadi dan menemukan beberapa spanduk acara “Jong
Parade”.
Ternyata karnaval! Dan digelar hari itu juga
pukul 15.00, artinya satu setengah jam lagi. Boleh deh nonton dulu sebelum pulang
Semarang. Tapi sebelum nonton, alangkah baiknya isi bensin perut dulu. Dari
Halte BST Ngarsopuro, saya naik batik Solo Trans menuju Pasar Gede guna mencari
semangkuk kesegaran es dawet telasih.
Es dawet telasih Ibu Hj. Siswo |
Setelah itu saya memutuskan untuk jalan kaki
menuju Benteng Vastenburg yang letaknya tak jauh dari Pasar Gede. Di halaman
depannya sedang acara Bamboo Biennale 2016, hari terakhir pula! Tak kusia-siakan
bergegas menuju ke venue. Meski acara
penutupan sudah dilakukan sejak semalam, tapi instalasi bambu belum dibongkar.
Tak lama setelah itu hujan deras mengguyur. Saya
pun memilih berteduh di Halte BST Balaikota bersama beberapa orang lainnya. Waktu
itu jarum jam menunjukkan pukul 14.00, masih ada satu jam hingga Jong Parade
dimulai. Tak banyak yang saya lakukan ketika hujan begini, selain berteduh juga
menikmati makan siang menjelang sore di Galabo (Gladag Langen Bogan) – semacam foodcourt
di sebelah timur bundaran Gladag.
Jong
Parade
Nah, tiba saatnya parade yang
ditunggu-tunggu datang juga. Sayup-sayup gema marching band terdengar saat saya
berada di Jalan Slamet Riyadi. Oh ya, Jong Parade kali ini adalah yang pertama
kalinya diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota
Surakarta. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-88,
terbukti dengan penggunaan kata “Jong” yang erat hubungannya dengan organisasi
pemuda pada masa Sumpah Pemuda 1928.
Diawali dengan arak-arakan Garuda Pancasila dan
Replika Tugu Kebangkitan Nasional atau Tugu Lilin, parade dimulai dari Koridor
Ngarsopuro dan finish di Balaikota Surakarta.
Menyusul kemudian adalah Paskibraka Kota
Surakarta, arak-arakan atlet Solo peraih medali dalam PON XIX / Jawa Barat,
Marching Band Gita Dirgantara dari Akademi Angkatan Udara (AAU), dan masih
banyak lagi barisan di belakangnya dengan berbagai macam kostum.
Sekitar Jalan Slamet Riyadi yang dilalui
parade ini, sudah pasti ditutup total dan menyebabkan kemacetan di beberapa
titik. Masyarakat sangat antusias menyaksikan parade ini. Banyak dari mereka
yang mengabadikan gambar atau video, termasuk saya. Apalagi ketika arak-arakan
Mulia Batik Contemporer dari SMK Muh 5, penonton berebut untuk berfoto bersama gadis-gadis
cantik dalam balutan busana batik yang indah.
Mulia Batik Contemporer |
N.U.S.A.N.T.A.R.A |
Liputan oleh TATV |
Berlomba-lomba berfoto dengan Walikota Solo |
Sementara itu, di Balaikota Surakarta sudah disediakan kursi-kursi untuk tamu
undangan. Adapun rangkaian acara yang digelar di halaman Balaikota, salah
satunya yaitu pameran fotografi, Faces of Hope.
Setelah kirab selesai, para peserta
menunjukkan kebolehannya kepada para tamu undangan dan masyarakat di tempat
yang telah disediakan, depan kantor Balaikota Surakarta. Sayangnya, para
peserta harus menunggu lama lantaran acara yang di Balaikota sendiri belum
sepenuhnya selesai.
Rangkaian kegiatan ini seperti memberi wadah bagi pemuda-pemudi khususnya Kota Solo untuk menunjukkan bakatnya di bidang seni. Para peserta yang berasal dari sekolah-sekolah, Akademi Angkatan Udara, berbagai komunitas, dan lain sebagainya, sebanyak 31 grup menampilkan pertunjukan yang sangat memukau. Terlebih ketika Taruna AAU menunjukkan kebolehannya, decak kagum dan tepuk tangan membahana memenuhi halaman Balaikota Surakarta.
Sayangnya, saya tidak bisa menunggu hingga
acara selesai. Pukul 17.15 saya memutuskan meninggalkan halaman Balaikota yang
saat itu sedang ada perform dari Senkom
Mitra Polri. Takut kemalaman sampai di Semarang dan nggak ada bus. Setengah jam
menunggu di Halte BST dan nggak ada satupun bus yang lewat. Rencananya mau
turun di Kerten dan nunggu bus Semarangan di sana, tapi sampai maghrib menunggu,
nggak ada satupun bus yang beroperasi. Mau order ojek online, tapi handphone nggak mau nyala. Panik banget,
pasti. Sampai mau minta tolong orang buat orderin. Tapi tiba-tiba nyala lagi handphone-nya. Nggak pakai mikir,
langsung order ojek online ke Terminal Tirtonadi. Alhamdulillah bisa pulang :D
Ikutan selfie :D |
Aw gagal fokus sama drumband AAU pasti kalo aku disana :D
BalasHapusyhaa di atlet pon wkt ga ada yang hadap kamera secara tidak langsung yaa:v termasuk saya
BalasHapus