Salah satu tempat yang tak boleh dilupakan
ketika berkunjung ke Surabaya adalah House of Sampoerna. Sebagai Solo Traveller yang minim budget, saya
memilih tempat ini sebagai salah satu destinasi di Surabaya. Kamis siang, 29 September 2016, gerimis yang
sempat mengguyur Kota Surabaya tak menyurutkan langkahku menuju House of
Sampoerna. Dengan menggunakan ojek online, biaya yang harus dikeluarkan hanya
Rp 8.000,- dari Monumen Tugu Pahlawan.
Percaya nggak kalau ini ruang security? |
Setelah sampai di tujuan, saya bertanya kepada
security mengenai keberadaan museum.
Setelah ditunjukkan dan berterima kasih, kemudian saya masuk ke sebuah bangunan
yang lumayan besar. Agak ragu awalnya karena dari depan aja udah keren
gedungnya, apalagi di halaman depan juga banyak mobil parkir.
Bangunan bergaya Belanda ini terlihat megah
meski konon dibangun pada tahun 1862, dan kini menjadi situs bersejarah. Gedung
ini sebelumnya digunakan sebagai panti asuhan yang dikelola oleh Belanda,
kemudian dibeli pada tahun 1932 oleh Liem Seeng Tee, pendiri Sampoerna, dengan
maksud untuk digunakan tempat produksi rokok pertama Sampoerna.
Museum House of Sampoerna menempati sebuah
ruang auditorium. Di depan bangunan bisa ditemukan empat buah pilar-pilar yang
menyerupai bentuk rokok. Perlahan-lahan saya dorong pintu masuk museum dan di
dalam disambut oleh mbak-mbak petugas. Saya pun mengutarakan niat untuk melihat-lihat
museum. Sebelumnya, saya diminta untuk menunjukkan KTP (mungkin dipakai untuk
mengisi buku tamu) dan dipersilakan melihat-lihat tanpa membayar sepeserpun.
Saya lihat di sini juga ada beberapa pemandu yang menjelaskan mengenai
seluk-beluk House of Sampoerna.
Museum House of Sampoerna terdiri dari 2
lantai. Lantai 1 terdapat tiga ruangan, sedangkan di lantai 2 hanya ada satu
ruangan. Memasuki pintu museum sudah terasa betul aroma cengkeh. Ternyata eh
ternyata aroma itu asalnya dari sebuah tumpukan cengkeh yang memang sengaja ditaruh
di salah satu sisi ruangan.
Di lantai 1 ruangan pertama sebelah kiri,
bisa ditemukan replika sebuah warung yang sederhana, dimana warung ini pernah
digunakan oleh pendiri Sampoerna Liem Seeng Tee dan istrinya Siem Tjiang Nio.
Di sampingnya terdapat dua sepeda tua yang
kemungkinan besar pernah digunakan oleh pendiri Sampoerna Liem Seeng Tee pada
masa awal hidupnya setelah meninggalkan orang tua angkatnya untuk independen
bekerja sendiri. Kedua sepeda tersebut ditemukan di rumah peristirahatan Liem Seeng
Tee di Prigen, satu jam dari Surabaya.
Bisa dilihat di sampingnya lagi adalah oven
pengering tembakau. Petani tembakau di Lombok, sentra produksi tembakau yang penting
di sebelah timur Pulau Bali, menggunakan oven seperti ini untuk pengeringan
tembakau.
Bergeser ke sebelah kanan, masih di ruangan
pertama, koleksi di sini seperti sebuah ruang keluarga. Beberapa foto keluarga
pendiri Sampoerna dipajang di sebuah dinding. Beberapa kursi, lemari, dan meja
ditata sedemikian rapi hingga menimbulkan kesan mewah.
Di sini pun pengunjung bisa menemukan kebaya
dan sarung asli istri pendiri Sampoerna, Siem Tjiang Nio yang diberkan kepada
anak perempuan termudanya Soenarni Sampoerno (Liem Kwang Nio).
Memasuki ruangan kedua, terlihat lengang. Tak
banyak koleksi yang ditampilkan di ruangan ini. Sebagian besar adalah foto-foto
keluarga dan direksi PT HM Sampoerna Tbk. Sampoerna mengoperasikan tujuh pabrik
di Indonesia, yakni: dua pabrik Sigaret Kretek mesin (SKM) di Pasuruan dan
Karawang, serta lima pabrik Sigaret Kretek tangan (SKT) dengan lokasi tiga
pabrik di Surabaya serta masing-masing satu pabrik di Malang dan Probolinggo.
Di ruangan ketiga ini lebih luas. Pengunjung
akan menemukan peralatan dan bahan untuk membuat rokok. Tampak seperti gambar
di bawah ini adalah mesin cetak kuno. Kotak rokok, label, dan barang-barang cetakan
lainnya dulunya menggunakan mesin cetak tua ini. Selain itu, pengunjung juga bisa
menemukan pelat cetak tua untuk berbagai produk yang sudah tidak diproduksi
lagi. Pengunjung juga bisa melihat dua silinder cetak rotogravure yang saat ini
dipakai untuk memproduksi pak rokok Dji Sam Soe.
Beberapa diantara koleksi yang ada di
ruangan ini adalah bentuk pemasaran rokok Dji Sam Soe. Pengunjung sudah pasti
mengenal warung yang bentuknya mirip seperti gambar di bawah ini kan? Warung tersebut
merupakan salah satu bentuk iklan, selain reklame tentu saja.
Marching Band binaan Sampoerna |
Selesai melihat-lihat di ruangan terakhir,
pengunjung bisa naik melalui tangga yang disediakan menuju ke lantai atas.
Di lantai atas hanya ada satu ruangan yang digunakan
sebagai toko penjualan souvenir. Tampak di belakang gedung adalah pabrik yang digunakan
untuk melinting rokok. Pekerjanya mayoritas adalah perempuan. Dimana
perempuan-perempuan ini dapat melinting rokok dnegan kecepatan 325 lintingan
per jam. Wow! Sayangnya saat saya berkunjung sedang tidak ada aktifitas di
dalam sana.
Nggak tahunya di lantai atas ini pengunjung
tidak diperkenankan untuk mengambil foto ataupun video tanpa meminta ijin
terlebih dahulu. Yaah, sudah terlanjur jepret nih. Gapapa ya, satu aja ini,
serius! :D
Selain museum, di dalam komplek House of
Sampoerna terdapat dua bangunan di sisi barat dan timur. Bagi pendiri
Sampoerna, Liem Seeng Tee, merupakan suatu keharusan bahwa keluarganya tinggal
di dalam pabrik. Tak hanya membuatnya dapat mengawasi segala aspek kegiatan
operasional di pabrik, tetapi juga memberikan kesempatan bagi anak-anak
lelakinya untuk belajar berbisnis.
Di lokasi pabrik ini terdapat dua rumah,
Rumah Barat dan Rumah Timur. Kedua rumah ini memiliki denah terbalik, bagai
dilihat dari cermin (mirror copy). Rumah Barat dulunya merupakan tempat tinggal
Liem Seeng Tee dan keluarganya dengan lima anak. Meneruskan tradisi yang ada, anak
kedua Aga Sampoerna (Liem Swie Ling) sekarang menggunakan rumah ini bersama
keluarganya.
Rumah Barat |
Berbeda dengan Rumah Barat yang digunakan
sebagai rumah keluarga dan tidak dibuka untuk umum, bangunan Rumah Timur pernah
digunakan untuk berbagai macam fungsi, termasuk kantor. Saat ini, bangunan ini digunakan
sebagai kafe. Nah, bagi pengunjung museum yang ingin memanfaatkan tour gratis dengan bus Surabaya Heritage Track (SHT), bisa mendaftar di sisi paling depan bangunan kafe.
Rumah Timur yang digunakan sebagai Kafe |
Penataan ruang yang menarik serta pencahayaan
yang cukup, membuat Museum House of Sampoerna layak dikunjungi ketika singgah
di Surabaya. Museum ini buka setiap hari Senin sampai Minggu pukul 09.00 – 22.00.
info lebih lengkap kunjungi websitenya www.houseofsampoerna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih dan selamat datang kembali :)