Dunia per-blog-an menjadi menyenangkan bagiku
ketika aku tahu harus menuliskan apa untuk meng-update diary di dunia
maya. Jadi ceritanya aku lagi blogwalking di sebuah situs blog milik entahlah
lupa. Nah, di situ dia menyinggung soal Museum Sonobudoyo. Inget punya inget,
aku pernah mengunjungi museum itu bahkan sampai dua kali, tapi belum sempat mengulas
di blog ini. Oleh karena itu, sebelum lupa lagi, bolehlah aku menuliskannya di
sini sambil me-reload memori kejadian di TKP Museum Sonobudoyo, 13 Desember
2015 silam.
Museum Sonobudoyo didirikan oleh Java Instituut,
yaitu Yayasan Kebudayaan Jawa, Bali, Lombok, dan Madura pada masa kolonial yang
anggotanya terdiri atas orang asing dan pribumi. Bangunan museum menggunakan
tanah bekas “Schauten” hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Peresmiannya
dilakukan pada hari Rabu Wage tanggal 9 Ruwah 1899 Jawa (6 November 1935 Masehi)
dengan ditandai candra sengkala memet “Kayu Winayang Ing Brahmana Budha”.
Museum Sonobudoyo ini terbagi menjadi dua
unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jalan Trikora No. 6 Yogyakarta atau di sebelah utara
Alun-Alun Utara. Sedangkan Museum Sonobudoyo Unit II terletak di nDalem Condrokiranan,
Wijilan, di sebelah timur Alun-Alun Utara.
Yang akan aku ceritakan kali ini adalah Museum
Sonobudoyo Unit I.
Arsitektur Museum Sonobudoyo merupakan
bangunan rumah tipe Jawa. Halaman luar dan dalamnya dipisahkan oleh sebuah
tembok. Dari gerbang, akan ditemukan meriam kuno di sebelah barat dan timur halaman
dalam. Tertulis berasal dari Yogyakarta tahun 1846 M, milik Sri Sultan
Hamengkubuwono III sebagai salah satu peralatan perang.
Bangunan berikutnya adalah pendopo. Fungsi pendopo
dalam bangunan Jawa yaitu untuk menerima tamu, jadi sebelum memasuki ruangan
museum, pengunjung wajib membayar tiket masuk yang murah banget sebesar Rp
3.000,- untuk dewasa perorangan. Di sini pengunjung akan ditawari butuh seorang
pemandu atau tidak. Saran saya, lebih baik dipakai saja fasilitas pemandu, toh
ini gratis alias nggak bayar lagi.
Di pendopo ini pula terdapat seperangkat gamelan
yang sudah berusia ratusan tahun, dan menurut penuturan mbak guide yang (maaf) lupa namanya, gamelan
ini tidak boleh digunakan lagi.
Di Museum Sonobudoyo Unit I ini terdapat
berbagai macam koleksi yang terbagi menjadi 9 ruangan.
Ruang
Pengenalan
Salah satu yang paling menarik perhatian dan
paling terkenal adalah Pasren atau Krobongan. Tempat ini berupa tempat tidur serta
ada sepasang patung laki-laki dan perempuan di depannya. Digunakan sebagai
tempat untuk penghormatan terhadap Dewi Sri (Dewi Padi).
Ruang
Prasejarah
Menyajikan benda-benda peninggalan masa prasejarah
yang menggambarkan cara hidup manusia pada masa itu. Koleksi yang terdapat di
ruangan ini antara lain replika tengkorak dan tulang manusia purba. Mata tombak, mata panah,
dan kapak corong yang digunakan untuk berburu. Serta peralatan untuk upacara
adat seperti nekara, moko, dan lain-lain.
Jangan takut dan kaget kalau di ruangan ini muncul
benda seperti gambar di bawah ini:
Replika peti kubur batu yang ditemukan di
Situs Kajar, Gunung Kidul. Kubur berbentuk peti ini terbuat dari enam papan
batu gamping. Di dalamnya sering ditemukan tulang manusia beserta bekal kubur seperti
manik-manik, gerabah, dan alat-alat logam.
Ruang
Klasik dan Peninggalan Islam
Secara umum, periode masa klasik berlangsung
kira-kira abad IV M sampai abad XV M. Pada masa itu pengaruh Hindu dan Budha sangat
kuat (terutama di kalangan kerajaan).
Koleksi di ruangan ini diantaranya yaitu beberapa
artefak Hindu dan Budha. Prasasti dengan Bahasa Sanskerta yang ditulis di batu,
logam, maupun daun lontar. Adapun karya sastra yang mengandung pemahaman
tentang agama Islam, sejarah, budi pekerti, dan adat istiadat yaitu berupa
Serat Ambiya. Meskipun menggunakan huruf Arab, tetapi jika dibaca akan menghasilkan
bahasa Jawa.
Prasasti |
Huruf Arab, Bahasa Jawa |
Ruang
Batik
Di ruangan ini ditampilkan beberapa koleksi
batik yang digunakan sebagai baju pengantin. Selain itu, terdapat juga aneka ragam
batik dilengkapi dengan peralatan membatik tradisional, pewarnaan, serta motif
cap batik. Dulunya cap batik menggunakan kayu yang diukir, tetapi seiring berjalannya
waktu diganti dengan logam.
Ruang
Wayang
Ruangan ini berbentuk memanjang. Sisi kanan memajang
kisah Ramayana. Wah, banyak sekali wayang yang ada di sini. Dan menjadi seorang
dalang (orang yang memainkan wayang) sesungguhnya tidaklah mudah.
Selain itu ada juga beberapa jenis wayang
lain seperti Wayang Gedhog Solo,Wayang Sadat, Wayang Wahyu, serta Wayang Kancil.
Adapun wayang terbuat dari kayu, dinamakan Wayang Klitik. Ngomong-ngomong
tentang jenis-jenis wayang, jadi ingat koleksi Museum Ranggawarsita Semarang.
Wayang Golek Menak Yogyakarta |
Ruang
Topeng
Berbagai bentuk topeng dipajang di Museum
Sonobudoyo. Mulai dari topeng figur manusia, topeng Bali cerita Ramayana, topeng
Yogyakarta cerita Panji, topeng Cirebon cerita Mahabarata, hingga berbagai
macam topeng Barong.
Topeng Yogyakarta cerita Panji |
Baru sampai di sini saja sudah banyak sekali
pengetahuan-pengetahuan baru tentang kebudayaan mulai dari zaman prasejarah
hingga kebudayaan Jawa. Dan ini masih belum selesai tur museumnya.
Ruang
Jawa Tengah
Di dalamnya berisi ukiran-ukiran terkenal
dari Jepara. Miniatur rumah adat Jawa atau joglo. Beberapa jenis senjata. Miniatur
tandu dan slanggan untuk keperluan upacara. Serta beberapa kerajinan perak.
Ruang
Emas
Meskipun namanya ruang emas, tetapi koleksi
di dalamnya tidak ada satupun yang berupa emas. Menurut penuturan mbak guide yang masih belum kuingat namanya,
dulu memang ada koleksi emas yang dipamerkan, tetapi setelah pencurian di tahun
2010 semua koleksi emas ditarik dari ruang pameran.
Kini, pengunjung bisa menyaksikan benda-benda
logam berupa alat makan di antaranya kendi dan ceret yang berbahan kuningan. Vas, berbagai wadah, pakinangan, bahkan
blencong yang digunakan sebagai penerangan untuk pertunjukan wayang pada masa
lampau juga berbahan logam.
Gapura
Candi Bentar
Gapura ini dinamakan Candi Bentar, terletak
di luar gedung yang memisahkan dengan ruangan selanjutnya. Mirip kayak di Bali
gitu. Di dalamnya terdapat Bale Gede, sebagai tempat upacara Daur Hidup dan untuk
bermusyawarah. Di Bale Gede ini mirip pendopo yang ada patung di tengahnya.
Ruang
Senjata
Berbagai senjata dipamerkan di ruangan ini.
Seperti beraneka macam keris dengan berbagai bentuk dari berbagai daerah juga. Beragam
bentuk celurit, miniatur senapan serta miniatur meriam.
Ruang
Mainan
Ruangan ini nggak luas, tetapi cukup menarik
dengan menampilkan koleksi mainan anak raja zaman dulu. Ada juga sedikit mainan
anak 80-90’an seperti perahu othok-othok, yoyo, ketapel, dan lain-lain. Jika ingin
mengetahui koleksi mainan yang banyak, bisa menuju ke Museum Anak Kolong
Tangga.
Ruang
Bali
Dan ini adalah ruangan terakhir. Ada patung penari keris serta patung-patung
khas Bali yang lainnya. Beragam peralatan untuk upacara keagamaan. Juga terdapat
Kori / pintu rumah tradisional dengan ukiran yang disepuh emas 24 karat.
Keluar dari ruang pameran Museum Sonobudoyo,
akan disambut banyak sekali arca-arca, relief, hingga yoni yang ditempatkan di
halaman dekat pendopo tempat masuk pertama tadi.
Bagiku, Museum Sonobudoyo ini terbaik di
antara museum-museum lain yang pernah kukunjungi (padahal masih beberapa museum
aja yang sempat, hehee). Bahagia dengan hanya membayar Rp 3.000,- saja sudah
dapat banyak pengetahuan dari pemandu. Juga ramah wisatawan karena buka di Hari
Minggu.
Museum Sonobudoyo adalah tempat yang baik
untuk belajar keragaman kebudayaan Indonesia sambil berwisata di Kota Gudeg.
Jadi, kapan kamu akan ke museum?
Aku paling suka Ruang Candi Bentar mbak, soalnya disini bisa narsis semau kita dengan background pura ala - ala bali,,, hehehe
BalasHapusWah kasihan ya yang unit II nggak ada yang ngunjungi,,,,
kebanyakan mah para pengunjung hanya berkunjung di uint I aja, hehehe
Waktu aku ke sana belum jadi bagus halamannya :-D
BalasHapusKa mau nanya dong itu koleksi senjata nya dari tahun brp ya?
BalasHapus