Selandia Baru? Bukan, Ini Yogyakarta

Akhir-akhir ini lagi nge-hits banget sebuah tempat di Yogyakarta, lebih tepatnya Kabupaten Gunung Kidul. Sebagai orang Semarang yang terlalu jatuh cinta dengan Yogyakarta, saya juga nggak kepengen kalah hits dong dengan anak-anak Jogja. Heheee :P

Akhirnya di hari Minggu, 24 Januari 2016 saya menyempatkan diri mampir ke Green Village Gedangsari. Perjalanan dari Semarang dengan sepeda motor dimulai pukul 05.15 pagi setelah sholat Subuh. Jujur, saya selalu terkagum-kagum ketika pagi-pagi sekali menempuh perjalanan ke arah selatan karena sunrise-nya sangat mempesona.

Green Village Gedangsari lokasinya berada di dataran tinggi dusun Guyangan Lor, Mertelu, perbatasan antara Kabupaten Gunung Kidul, DIY dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Setelah mengamati rute melalui google maps sehari sebelumnya, saya memutuskan untuk melalui rute Semarang – Salatiga – Boyolali – Jatinom – Klaten. Alhamdulillah perjalanan lancar, sangat lancar malah karena masih sepi. Sampai di Jl. Pemuda Kota Klaten, sedikit tersendat karena harus menuntun kendaraan untuk menyeberang jalan. Jalanan itu digunakan untuk Car Free Day (CFD). Setelah itu, saya mengambil rute ke arah Stasiun Klaten – terminal baru Klaten – menuju Bayat. Eh ternyata nggak tahunya salah jalan, melewati Rawa Jombor. Ya bisa sih, cuma agak muter. Ya nggak apa-apa sih, nemu tempat baru. Resiko pejalan yang males buka maps kalau lagi mengendarai motor, hehee :D

Setelah bertemu lagi dengan jalan yang benar, dari gapura Makam Sunan Pandanaran lurus ke arah timur sampai bertemu dengan Koramil di kanan jalan. Ikuti petunjuk arah menuju SMK N 2 Gedangsari. Dari situ juga ada petunjuk ke Green Village Gedangsari.

Perbatasan Jateng - DIY

Nemu sungai unik

Saya sarankan untuk menuju ke Green Village Gedangsari sebaiknya menggunakan kendaraan yang sehat dan tangguh. Bukannya kenapa-kenapa sih, biar nyaman aja. Jalanan menanjak, setapak berbeton, berkelok-kelok, dan sebagian masih berbatu pula, harus berani dilibas. Tapi banyak kok yang nggak pantang menyerah demi yang katanya Selandia Baru-nya Jogja.

Nggak percaya ini tanjakan? Coba sendiri gih :D

Pemandangan di sepanjang perjalanan

Persawahan di Klaten

Akhirnya saya sampai juga di Green Village Gedangsari sekitar pukul 08.20. langsung memarkirkan sepeda motor dengan biaya Rp 3.000,- dan tanpa retribusi lain-lain. Sayang banget, waktu saya ke sana cuaca masih mendung dan kabut belum surut. Jadinya bukit-bukit di sekitar Puncak Green Village Gedangsari (yang ala-ala New Zealand) agak tertutup. Tapi nggak bikin saya putus asa, masih keren juga pemandangan alamnya. Angin sepoi-sepoi bikin ngantuk, sejuk banget udaranya. Fasilitas yang ada di area Green Village Gedangsari sudah ada tempat parkir, toilet, mushola, serta ada beberapa mainan anak-anak. Untuk penjual makanan dan minuman sih sepertinya belum ada, jadi kalau kepengen piknik bisa bawa bekal dari rumah.

Beberapa gazebo dibangun di atas bukit. Bisa banget tuh digunakan untuk santai-santai bersama keluarga, teman, gebetan, pacar, atau pacar teman mungkin? Hehee :D

Antusias pengunjung terhadap tempat ini didominasi oleh para remaja. Waktu saya ke sana berbarengan juga pesepeda yang lumayan banyak juga. Benar-benar hits lah tempat ini. Apalagi kalau sore bisa menyaksikan sunset dan kerlap-kerlip lampu dari daerah kota. Beuuh, bikin betah.

Ya kalau saya sih nggak betah-betah banget, sendirian sih. Foto-foto ala kadarnya, selfie trilili, menikmati pemandangan sejenak, habis itu cabut deh. Niatnya juga cuma mampir sebelum berkunjung ke rumah saudara di daerah Bukit Bintang. Makanya, pulangnya saya lebih milih lewat jalur atas menuju Wonosari. Eh, bisa juga lho kalau mau ke Green Village Gedangsari lewat pertigaan Sambipitu.

Selfie, teteeep :D

Oh ya, di sekitar Green Village Gedangsari ada papan nama menuju sebuah air terjun bernama Grojogan “Yohnan” Banyunibo. Kali aja ada yang berminat mengajak saya ke tempat itu?