Setelah adegan penasaran dengan jembatan gantung
Selopamioro dan menguatkan mental menyeberanginya menggunakan sepeda motor,
saya bertolak menuju Museum Tani Jawa Indonesia. Dimanakah tempatnya?
Museum Tani Jawa terletak di Dusun Candran,
Kebonagung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Jika dari terminal bus Giwangan ke arah
selatan menyusuri Jl. Imogiri Timur mentok sampai di pertigaan. Dari sini ambil
arah ke Siluk. Sekitar 1,5 km sudah ada petunjuk arah di kiri jalan untuk
menuju ke Museum Tani Jawa Indonesia. Nah, dari papan petunjuk itu masih masuk
kampung sekitar 300 m.
Saya berkunjung ke sana 21 November 2015
yang lalu, tak sengaja berbarengan dengan rombongan tamu dari Kudus jadi suasananya
sangat ramai. Tetapi kalau sedang tidak ada rombongan yang berkunjung, mungkin
syahdu. Hamparan sawah menghijau di seberang museum. Serta puluhan memedi sawah
menambah semarak Desa Wisata Candran.
Museum Tani Jawa didirikan sebagai objek
wisata pelengkap Desa Wisata Candran yang menawarkan berbagai macam kegiatan
yang menarik dan edukatif. Jika hanya memasuki museum ini tidak dikenakan biaya
/ gratis, tetapi kalau pengunjung ingin menyumbangkan dana sukarela sudah
disediakan sebuah kotak di depan pintu masuk museum.
Kalau ingin berwisata lengkap di Desa Wisata
Candran tentu saja membayar sejumlah biaya per rombongan. Banyak sekali
kegiatan yang diselenggarakan Desa Wisata Candran diantaranya yaitu menanam
padi, mengolah emping tradisional, pembuatan tempe, dan lain-lain.
Karena saya datangnya sendirian dan hanya
berminat pada Museum Tani Jawa, jadi saya hanya akan mengulas sedikit mengenai
museum ini.
Jangan berekspektasi tinggi terlebih dahulu
mengenai besarnya bangunan museum di sini. Tidak luas, hanya mungil saja, mirip
sebuah pendopo. Berdasarkan curi-curi dengar saat acara penyambutan rombongan
dari Kudus, museum ini adalah milik pribadi.
*Berdirinya Museum Tani Jawa dirintis sejak
tahun 1998. Pada tahun 2005 mulai dilakukan pengumpulan berbagai koleksi pertanian. Namun bangunan
runtuh saat terjadi gempa Jogja tahun 2006. Setelah gempa melanda, museum
didirikan kembali dan diresmikan pada tanggal 4 mei 2007. (sumber dari sini)
Museum Tani Jawa memamerkan koleksi-koleksi
yang berhubungan dengan pertanian khususnya di Jawa.
Luku / Bajak |
Adapun alat-alat pertanian
itu sendiri berupa alu, lumpang, cangkul, sabit, dan lain sebagainya. Dilengkapi
juga dengan alat-alat dapur tradisional seperti tungku, kendil, wajan, anglo,
dan masih banyak macam lainnya.
·
Lumpang kayu
Alat ini terbuat dari kayu yang di
tengahnya terdapat lubang. Biasanya digunakan untuk menumbuk padi setelah
dipanen.
·
Alu
Terbuat dari kayu dan dapat digunakan untuk
alat menumbuk padi.
·
Kendil
Terbuat dari keramik atau tanah liat digunakan
sebagai tempat untuk menanak nasi, sayur, atau air.
·
Tungku
Terbuat dari tanah liat atau keramik yang
digunakan sebagai alat memasak menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya.
·
Anglo
Terbuat dari tanah liat atau keramik
yang digunakan sebagai alat memasak menggunakan arang sebagai bahan bakarnya
·
Wajan
Terbuat dari besi yang digunakan
sebagai alat penggorengan atau alat memasak lainnya.
·
Kendhi
Alat ini digunakan sebagai tempat
penyimpan air minum. Terbuat dari tanah liat.
·
Lampu Teplok
Alat penerangan tradisional yang
menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Peralatan memasak |
Miniatur |
Cukup menarik sih, sayangnya di dalam museum
terlihat gelap. Bantuan cahaya matahari dari luar sepertinya tidak cukup membuat
terang ruangan museum. Mungkin perlu ditambah penerangan untuk memudahkan
pengunjung membaca keterangan-keteragan di setiap alat yang dipamerkan.
Memedi sawah di sebelah pintu museum |
Akhir kata, mengunjungi museum-museum yang
tersebar luas di Indonesia nggak otomatis bikin kamu kena cap “CUPU” kok. Malah
kamu semakin menarik dengan pengetahuan-pengetahuan baru yang mungkin saja
teman-teman terdekatmu belum tahu. Saya sendiri mulai tertarik menyambangi
museum-museum sejak berkunjung di acara Museum Mart 2015 di Museum
ranggawarsita Semarang. Biar dikata kekunoan, bodo amat! Yang penting saya
nggak merusak :D
Ayo ke museum!
Di dalam museumnya masih ada boneka Nini Thowong mbak?
BalasHapusAda kayaknya mas, boneka-bonekaan tapi ndak tau Nini Thowong atau bukan. Beberapa topeng juga ada. Sayangnya ndak ambil foto, medeni je hahahaa :D
Hapuswah kece juga ya ada tempat kayak gini di jogja mantap euyyy....
BalasHapus