Masih dalam rangkaian wisata kurang kerjaan
Semarang – Jogja – Semarang sendirian (27/11/2015). Setelah puas menikmati
Candi Ijo dan pemandangan sekitar yang gersang di musim kemarau panjang, saya
menuruni bukit dan sampailah di tujuan berikutnya yang tak jauh dari Candi Ijo
yaitu Candi Banyunibo.
Kata Banyunibo sendiri dalam bahasa Jawa
berarti air jatuh / menetes.
Secara administratif, Candi Banyunibo berada
di Dusun Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta. Letaknya pun tidak jauh dari Kompleks Ratu Boko.
Untuk mengunjungi Candi Banyunibo, tidaklah
sulit. Dari Candi Prambanan ke arah barat sampai di pertigaan ambil kiri / ke
selatan menuju Jl. Raya Piyungan. Sekitar kurang lebih 3 km sampai di pertigaan
arah Ratu Boko, belok kiri. Lurus saja ke timur hingga perempatan pertama (ke
kiri arah Ratu Boko, ke kanan arah Candi Ijo) masih lurus ke arah Candi Banyunibo.
Di perempatan berikutnya belok kanan (sudah ada petunjuk menuju candi kok).
Candi Banyunibo dibangun di dataran yang
dikelilingi oleh perbukitan di sebelah utara, timur, dan selatan. Dengan sekelilingnya
berupa sawah dan ladang penduduk, Candi ini terlihat sunyi dan sepi ketika saya
mengunjunginya di pagi hari. Padahal waktu itu hari Minggu dan hanya saya pengunjung
satu-satunya.
Setelah mengisi buku tamu dan membayar tiket
masuk sebesar Rp 2.000,- untuk dewasa, saya mulai berkeliling di area yang cukup
luas itu.
Candi Banyunibo terdiri dari 1 buah bangunan
induk yang menghadap ke barat dan 6 buah candi perwara yang terdiri dari 3 buah
perwara di sisi selatan serta 3 buah perwara di sisi timur. Sayangnya, hanya
candi induk saja yang berdiri kokoh, sisanya masih berupa reruntuhan.
Tubuh candi berbadan tambun dan bagian atas bangunan
induk terdapat stupa. Hal tersebut menunjukkan Candi Banyunibo berlatar
belakang agama Budha.
Candi Banyunibo mempunyai ukuran 15,325 x
14,25 m dengan tinggi 14,25 m, tinggi kaki candi 2,5 m yang masing-masing
sudutnya terdapat Jaladwara yang
berfungsi sebagai saluran air hujan. Tubuh candi yang lebih kecil daripada kakinya,
membuat terbentuknya selasar yang bisa digunakan untuk mengelilingi tubuh
candi. Cukup banyak ornament yang menjadi hiasan pada dinding candi.
Di dalam tubuh candi terdapat bilik
berukuran 6,875 x 4,5 m tetapi tidak ada arca satu pun. Dengan adanya 8 buah
jendela membuat bilik candi cukup terang dan tidak terkesan pengap.
DI dalam bilik candi | kanan kirinya ada jendela |
Beberapa relief yang ditemukan di Candi
Banyunibo antara lain pada dinding candi penampil sebelah kanan terdapat relief
seorang wanita yang dikerumuni anak-anak. Tokoh wanita itu disebut Dewi Hariti,
dalam agama Budha dianggap sebagai Dewi kesuburan. Sedangkan pada sebelah kiri menggambarkan seorang pria dalam posisi duduk. Relief tersebut
adalah Vaisravana (suaminya).
Candi ini ditemukan dalam keadaan runtuh pada
tahun 1940. Kemudian dilakukan penelitian, penyusunan kembali, dan selesai
dipugar pada tahun 1978.
Di Candi Banyunibo juga terdapat taman yang
tidak terlalu luas, untuk bersantai-santai sambil menikmati bangunan Candi. Sayangnya,
di sini benar-benar sepi hingga saya akan pulang pun tidak ada seorangpun
pengunjung yang datang.
Masih jam 10.00 pagi. Masih sisa banyak waktu sebelum kembali ke tanah kelahiran. Tujuan selanjutnya yaitu Candi
Barong. Meskipun Candi Barong hanya di sebelah timur Candi Banyunibo, saya lebih memilih
jalan memutar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih dan selamat datang kembali :)