-
Ketika kamu adalah senja -
Bagiku, memandang senja melalui retina
mata langsung lebih menakjubkan dibandingkan melihatnya melalui tangkapan
lensa.
Bagiku juga, bertatap muka langsung
denganmu jauh lebih menyenangkan dibandingkan mengagumimu dalam potret
segiempat.
Seperti senja, walaupun sementara ia selalu
menawan.
Meski akhirnya ia menghilang ditelan
gelapnya malam, tanpa janji ia akan kembali lagi keesokan harinya.
Namun sayangnya, tidak sepertimu.
Walaupun sebentar, tetapi kesan yang kusimpan dalam hati ini terlalu dalam.
Meski kamu pergi, mungkin aku tak akan pernah bisa memaksamu kembali.
Apakah pernah sekali saja kamu
berpikir “apa kita sedang memandang senja yang sama di garis lintang bumi yang
berbeda?” setelah sekian tahun perpisahan kita?
Apakah pernah sedetik saja terlintas
dalam pikiranmu tentang aku yang pernah bersamamu dalam waktu singkat?
Tanpamu, aku hampa... |
-
Dan jika aku adalah senja -
Ah, mungkin aku sudah terlupakan
dengan hadirnya sosok baru yang sempat menggantikanku.
Seperti semburat senja di hari kemarin.
Orang-orang yang menikmati keelokan senja hari ini (mungkin) tidak akan pernah
mengungkit pancaran jingga yang membiuskan pada hari-hari yang telah berlalu.
Mungkin aku tak lagi diingat…
Mungkin aku tak pernah bisa lagi
bersanding denganmu…
Mungkin aku harus harus
mengikhlaskanmu…
Ya, harus… harus… harus bisa…
Meski kenyataannya perih.
Lokasi : Watu Amben, Pandeyan,
Pathuk, Gunung Kidul, DIY
30 Agustus 2015
whaa bagusss
BalasHapusbaca post ini gue jadi keinget beberapa waktu yang lalu gue sama doi pergi ke embung nglanggeran buat liat sunset, dan itu ...syahdu banget suasananya...sayang sekarang dia udah balik ke kalimantan dan gue harus nunggu 6 bulan lagi buat ketemu dia...sumpah deh postingan ini bikin gue flashback hehe
BalasHapusSenja selalu mempunyai cerita tersendiri.
BalasHapus