Lama banget nggak ngeblog. Kabar baik,
Alhamdulillah.
Ngomong-ngomong soal kabar. Kamu apa
kabar? Semoga selalu sehat ya. Seminggu tidak menghubungimu rasanya tidak ada
apa-apanya jika dibandingkan dua tahun tanpamu. Sudah lama pula aku tidak
menuliskan kegelisahan tentangmu. Bukan berarti segala sesuatu yang menyangkut
dirimu sudah tidak ada lagi. Bukan berarti perasaan untukmu telah padam. Tapi
aku yang terbenam karena tak kuasa lagi menuliskannya.
Masih ingat tanggal 16 Mei? Clue-nya BANDARA. Ah, tempat itu selalu melukiskan
luka setiap aku menyebutnya.
Kita pernah jatuh cinta… Jauh sebelum aku
merasakan kecewa karena ditinggalkan. Hingga saat ini, dua tahun semenjak
kepergianmu, mungkin hanya aku yang masih cinta.
Kita pernah memiliki… Sebelum kau
memutuskan untuk menutup segala komunikasi kita aku dan kamu. Terima
kasih untuk 5 bulan terakhir yang indah, telah menjadi temanku (lagi).
Kita pernah merindu… Dulu, jauh
sebelum pertengkaran-pertengkaran kecil yang tak semestinya terjadi antara
kita.
Kepergianmu mengajariku untuk lebih
dewasa, berubah menjadi lebih baik lagi. Aku sudah berusaha merelakanmu,
memaafkanmu tanpa dendam. Tapi rasa-rasanya usahaku tidak sebanding dengan
hasil yang (ingin) dicapai.
Setiap orang pasti punya caranya
tersendiri untuk melupakan. Kau pikir aku akan diam saja, terus menerus mencintaimu
yang sudah pergi begitu saja tanpa mengharapkan balasan?
Tidak. Selama ini aku belajar
realistis. Apapun yang sudah pergi, mungkin tidak akan kembali.
Dua tahun setelah kepergianmu, aku
bisa apa?
Banyak
hal yang aku lakukan untuk membunuh pikiran-pikiran liar yang menggerogoti
setiap sel otakku. Ketika mulai memikirkanmu, aku berusaha menyibukkan diri.
Membunuh dengan tega setiap benih-benih kerinduan itu muncul. Banyak hal yang
kulakukan.
·
Aku membunuh waktu bersama buku-buku. Menghabiskan
weekend di perpustakaan, meminjam
beberapa bacaan untuk dibawa pulang. Sekedar rutinitas supaya tak ada waktu
senggang. Kadang membeli setumpuk, membaca satu-dua buku bahkan membuat target
bacaan dalam sebulan. Hingga koleksi buku hampir satu lemari penuh, tidak mampu
mengalihkan sebersit ingatan tentangmu.
·
Aku jadi suka menonton film. Kadang
sendirian, kadang bersama teman-teman. Sama seperti ketika aku membaca buku,
aku hanya ingin menggunakan waktu luangku tidak untuk memikirkanmu. Download
film-film yang padahal sebelumnya aku nggak suka nonton, sampai menyambangi
bioskop – sendirian pun sudah biasa. Akan tetapi, kerinduan juga kerap kali
menyapa dengan tidak sopannya.
·
Dari jalan-jalan keliling kota sampai travelling ke luar kota. Dan semua hal
yang sekiranya mampu mengalihkan duniaku dari kenangan saat bersamamu. Sayangnya
aku (selalu) gagal. Ingatan tentangmu nampaknya begitu kuat menancap dalam
memori. Memenuhi setiap sela-sela ruang rindu, berhimpit-himpitan menjadi satu
dengan cinta yang masih saja dipersembahkan untukmu.
Dua
tahun berlalu, bersama usaha-usaha yang kulakukan untuk mengurangi kuantitas
rasaku padamu. Ternyata tak menemukan titik temu. Kamu masih jadi segalanya. Masih
berdiam dalam kepala, masih jadi yang paling penting dalam hati. Belum ada
seorang pun yang mampu menggantikan hadirmu, atau sekedar menggeser tempatmu
yang ‘klik’ di hatiku. Belum ada yang bisa.
Meminjam
istilah dari kamu:
“Sekuat apapun salah satu
pihak mempertahankan kalau satunya terus-terusan mencoba lari juga nggak bakal
nyatu. Dalam hubungan itu tidak bisa salah satu aja yang mempertahankan, harus
dua-duanya saling mempertahankan.”
Untuk
lelaki ‘Sagittarius’ yang menawan hatiku,
Selamat
dua tahun perpisahan.
Hatiku
sedih mengingat masa-masa itu.
Tapi
aku senang kamu tidak lagi menghindariku.
Entah
kapan penantianku ini akan terjawab dan berakhir.
Akankah
kamu akan menjemput hatiku kembali?
Berceritalah
lewat mata karena mata adalah jendela rasa
dan
setiap ceritamu adalah cerita tentang rasa.
Izinkan
aku berbagi rasa denganmu, Sagittarius.
Karena
setelah dua tahun
semua
kenangan bersamamu tak kunjung pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih dan selamat datang kembali :)