Untuk seseorang yang pernah kusebut b**
Mengenalmu adalah salah satu keajaiban
dari Tuhan yang aku miliki. Aku masih tak menyangka bisa mengenalmu. Satu dari
sekian manusia 'biru' yang bermukim di sekolahku. Aku bilang manusia 'biru'
karena tanda jurusan di lenganmu yang berwarna biru. Manusia teknik dengan
mayoritas cowok-cowok gagal keren.
Pertama kali mengenalmu, kupikir tak
akan bisa dekat denganmu. Sama seperti manusia-manusia lain yang hanya mengenal
melalui sosial media. Ngobrol, komentar, begitu seterusnya, berulang-ulang.
Seperti November pertama kita, kamu menyapaku hanya tentang suasana magang di
Kalimantan. Basa-basi yang sudah biasa. Setelah itu, kamu entah kemana, tak ada
kabar tentangmu dan aku memang tak peduli. Orang-orang kan memang datang dan
pergi sesuka hati.
Hingga November kedua, kamu benar-benar
datang menawarkan pertemanan yang tulus meski di dunia maya. Kita semakin
intens berkomunikasi, yang baru aku tahu kalau sebenarnya kita mengenyam
pendidikan di tempat yang sama. Yang aku sebut di awal tadi, manusia 'biru', ya
kamu itu salah satunya. 4 tahun di bawah atap sekolah yang sama, kita tak
pernah mengenal sama sekali. Baru setelah lulus, kita saling sapa itu pun
melalui sosial media. Kadang kita berbalas sms atau telepon jika ada waktu
luang. Memang benar, sosial media mendekatkan kamu yang jauh di seberang pulau
sana.
Aku pun masih tak menyangka jika rasaku
dan rasamu akan menjadi satu. Malam itu kau bisikkan permintaan untuk menjadi
kekasihku melalui saluran telepon, aku sudah pasti mengiyakan ajakanmu. Kata
temanku, seperti membeli kucing dalam karung. Aku dan kamu belum pernah
bertatap muka sama sekali. Tapi aku sudah terlanjur nyaman denganmu, mau gimana
lagi dong?
Dan aku takjub dengan pertemuan pertama
kita. Setelah berputar-putar susah payah mencarimu di tempat janjian kita yang
ramai, akhirnya kau nampak di hadapanku. Aku bertemu dengan sosokmu yang
benar-benar nyata - yang selama ini hanya bisa kupeluk melalui udara. Seketika
aku berjanji pada diriku sendiri aku tak akan pernah melupakan pertemuan
pertamaku denganmu. Jadi, dalam surat "For The First Time In Forever"
ini aku kirim spesial untukmu.
Pahit dan manis hubungan pernah kita
kecup mesra berdua. Sayangnya, belum genap satu tahun, kau memutuskan menyerah.
Meninggalkanku seorang diri di bandara, tanpa mau kau menolehkan muka lagi. Kau anggap aku
hanya masa lalu dan tak pernah menemuiku yang menunggumu.
Satu setengah tahun sudah cukup rasanya
memendam rindu padamu. Aku kembali menghubungimu tepat di November ke-22 ulang
tahunmu. Syukurlah, kamu tidak menolak kehadiranku, tidak lalu pergi
meninggalkanku begitu saja. Maafku dan maafmu menjadi satu, tanda pertemanan
dimulai kembali. Ah, aku jadi ingat perkenalan yang saling canggung diantara
kita dulu. Bedanya, kamu makin dewasa. Sms-sms mu masih selalu kutunggu,
walaupun aku yang harus menyapamu duluan sih.
Dan tak bisa dipungkiri rasa terhadapmu
belum berkurang.
Terima kasih sudah menjadi orang
pertama dengan pertemuan serta kisah cinta yang unik dan tak terlupakan.
Terima kasih sudah menjadi mantan yang
kedewasaannya patut diacungi jempol. Aku tidak menyesal pernah menjadi masa
sepuluh bulanmu.
Jika setiap pertemuan butuh perpisahan,
bisakah pernyataan itu diubah menjadi "pertemuan TIDAK BUTUH
perpisahan"?
Dan jawabanmu waktu itu...
Gak bisa b**, pasti tetep berpisah,
yang bener tu bagaimana mengundur perpisahan sampai ajal yang turun tangan.
**Ciee jarang-jarang lho kamu ngomong
begitu :p
Jika kita ditakdirkan untuk bersama,
semoga ditunjukkan selalu jalanku untuk tetap bisa menikmati senyummu.
NB: Mbak pos yang cantik, kirim salam
rinduku untuk dia yang jauh di sana ya. Dia nggak punya twitter buat di-mention
sih, kudet ya? Hihii. Aku bisa sih kirim sms, tapi aku enggan :p
Oh ya, tolong 'amin' kan doaku agar dia
kembali secepatnya :')
Dibuat untuk #30HariMenulisSuratCinta
Hari ke-6
amiiiiinn, semoga memang dia yg diciptakan untuk kamu yaaa
BalasHapussemangaaattttt