Kamis, 03 Juli 2014

Lagi, untukmu



Untukmu,
Seseorang yang hanya bisa kusebut ‘kamu’
Meskipun kenyataannya ingin kueja dengan kata ‘sayang’
dalam cerita hidupku…


Terlalu klasik rasanya jika harus menanyakan kabarmu secepat ini. Coba tengok ponselmu, sudah berapa hari aku tak menghubungimu? Benar, baru 4 hari terakhir kau bilang baik-baik saja. Apakah pantas jika aku selalu menanyakan kabarmu?
Terlalu buruk juga sepertinya jika tak ada sapaan untuk sebuah pengantar kalimat rinduku untukmu. Baiklah, selamat pagi kamu. Iya, kamu yang masih ada dalam benakku tanpa bisa kuhapus untuk kesekian kalinya. Semoga hari-harimu menyenangkan.

Apakah kau baik-baik saja tanpaku? Ah tentu saja. Bahkan kau sudah tak peduli lagi atas permintaanku untuk menjadi kekasihmu (lagi) beberapa bulan yang lalu. Benar kan?
Tentu kau tak mau peduli bagaimana aku disini berharap bayangmu menemani sepiku. Aku tak menuntutmu sedikitpun untuk menerimaku (kembali). Hanya saja aku yang terlalu bodoh masih mengharapkanmu, berpikir kelak kau akan menerimaku (kembali) sebagai kekasihmu bukan sekedar penghias masa lalu.

Hei, maukah kau memberi tahuku bagaimana caramu melalui hari-hari tanpaku? Tentu bukan hal yang susah karena aku bukanlah siapa-siapa lagi bagimu. Tapi bagaimana denganku yang masih menyimpan rasa itu rapat-rapat? Ah, aku hampir putus asa dengan semua sayang yang ku punya ini untukmu.

Kadang kau lambungkan perasaan ini terlalu tinggi. Kadang pula kau hempaskan begitu kerasnya dengan pengabaian. Sayang, aku juga punya perasaan yang sama denganmu bahkan lebih sensitif untuk seorang perempuan sepertiku.

Sejak aku mulai berani menjalin komunikasi (lagi) denganmu, sejak itu pula aku merasa perlahan-lahan mulai terbuka serpihan luka. Hingga kini sudah menganga akibat jalinan pertemanan ini.

Kau tahu tidak bagaimana usahaku untuk tetap menjalin hubungan baik denganmu tanpa merasa perih? Aku menahan setiap egoku yang memuncak ingin menutup rasa penasaran dalam dada. Menolak setiap rasa cemas tanpa hadirmu di sosial media. Namun sayang, aku tak mampu membendungnya setiap hari.
Mungkin satu-satunya cara yang bisa meredakan emosiku adalah kabarmu. Mau kah kau membalas semua pesan singkatku jika aku sedang merindukanmu?

Baiklah, aku terima jika memang cintaku ini hanyalah bertepuk sebelah tangan. Asalkan kau memberi alasan yang masuk akal agar bisa kuterima sebagai wujud ikhlasku melepasmu. Tolonglah, jangan diam dengan alasan tidak mau menyakitiku. Aku cukup tegar untuk menerima segala penolakanmu.

Pertanyaanku untukmu,
“Kau terlalu kuat dengan daya pikat seperti apa hingga menjadikanku susah untuk melupakanmu?” atau “Aku yang terlalu lemah menghadapimu sebagai seseorang yang pernah menemani sekian bulan kebersamaan kita?”
Entahlah.



Dengan cinta,
Seseorang yang (pernah) melengkapi hidupmu empat tahun yang lalu
Seseorang yang (masih) menyerahkan hidupnya untuk menunggumu
Entah sampai kapan…





**Diikutsertakan dalam Giveaway #PeopleLikeUsGA oleh @penerbitharu dan @NovelAddict_


1 komentar:

Terima kasih dan selamat datang kembali :)