Hai, selamat malam kamu. Apa kau ingat
hari ini menjadi peringatan apa?
Mungkin kamu tidak ingat. Baiklah,
akan aku ingatkan.
2 tahun yang lalu, kita melakukan
ritual malam-malam kita. Kamu disana mengais-ais sinyal, dan aku disini
termenung menunggumu. Sesekali berusaha menghubungimu melalui handphoneku. Ah
ya, baru sadar betapa bodohnya aku yang selalu menunggu bercakap-cakap denganmu
padahal kau bukan siapa-siapaku. Berbagai macam cerita mengalir dari kedua
mulut kita, tentang semua hal, tentang segalanya, tanpa sungkan meskipun kami
belum pernah bertemu sekalipun.
Malam itu kita saling bercanda untuk
terikat dalam sebuah hubungan. Nyatanya kau benar-benar memintaku untuk menjadi
kekasihmu. Dan malam itu pula kamu resmi menjadi pacarku, *eh kita berpacaran.
Pertama kali bertemu denganmu,
deg-degan kalau saja kamu nggak sesuai dengan ekspektasiku selama ini. Faktanya,
kamu membuatku jatuh cinta ketika bertemu denganmu. Masih canggung memang, tapi
acara dugderan bersamamu kini menjadi hal wajib yang harus kudatangi setiap
tahun. --
Ngomong-ngomong soal dugderan, tahun
lalu saat kamu sudah tak bersamaku. Aku pergi seorang diri ke tempat itu – berkali-kali
– dan suatu malam aku bertemu dengan Ibu dan adikmu. Kau tahu bagaimana
perasaanku saat itu? Lemah. Rasanya ingin menangis karena merindukanmu, tapi
kamu tak pernah memberiku kabar sedikitpun (hingga kini).
Dan tahun ini, sekalipun aku tak
datang. Kukira aku sudah move on dengan semua hal tentangmu. Termasuk mengintip
sosial media milikmu.
-- dan pertemuan selanjutnya denganmu membuatku makin jatuh cinta padamu.
Kamu bilang kamu nggak romantis. Memang!
Dari nembak aja cuma melalui telepon. Tapi
aku seneng akhirnya penantianku nggak sia-sia *piss*
Kamu pun ngaku nggak romantis pas hari
ulang tahunku ke-20 tahun karena nggak kasih kado. Tapi aku juga seneng banget
kamu bela-belain ambil cuti untuk merayakannya. Yeyy thank you udah nemenin seharian dan special words di kue ulang tahunku.
Kenangan manis yang paling susah untuk
dilupain, apa ya? Semuanya tentang kamu berharga sih, kecuali pas kita berantem
:(
Setiap ke Jogja, aku selalu
menyempatkan diri untuk mengunjungi Malioboro. Menyusuri keramaian orang-orang
berlalu-lalang, makan gudeg di pinggir jalan, berfoto di sebuah tempat dengan
latar tulisan Malioboro. Apa kamu ingat kita pernah mengukir kenangan di kota Jogja?
Kadang, aku sengaja buka-buka folder
foto kebersamaan kita, atau foto-foto kamu dulu yang ku download dari sosial media. Bikin rindu kamu, serius! Apa kamu
nggak merindukanku?
Kangen? Mungkin suatu hal yang
mustahil bagimu. Hei, apa kau sudah punya pacar (lagi)?
Aku masih belum bisa menerima
kepergianmu yang masih meninggalkan janji. Mungkin juga kau sudah lupa dengan
apa janjimu dulu. Lupakan saja. Nyatanya sekarang kamu sudah pergi entah kemana
meninggalkanku. Tanpa kata berpisah.
Ya, kukira kita memutuskan hubungan
ini tanpa adanya kata perpisahan. Kau tahu bagaimana sakitnya? Silakan saja kau
rasakan sendiri kelak. Saranku, jangan!
Meski aku belum bisa menerima
pengingkaranmu, aku sudah bisa mengikhlaskanmu. Semoga bahagiamu memang bukan
aku. Dan jika bahagiamu adalah aku, cepat jemput kembali hatiku sebelum
seseorang mengambilnya dan memenjarakan tepat di hatinya.
Ngomong-ngomong kok judulnya pakai
kata “HAPPY” kan ‘happy’ artinya bahagia?
Eh, iya juga sih. Tapi gpp deh udah
terlanjur. Bahagia gagal 2 tahun denganmu karena ya karena memang kita aku
dan kamu bukan ditakdirkan Tuhan untuk bersatu.
Bahagia karena pernah mengenalmu. Bahagia
pernah mengecap hubungan bersamamu. Bahagia karena….
Karena aku dan kamu pernah menjadi
KITA walaupun selalu terpisahkan sebuah halangan bernama JARAK.
Ditulis tepat 2 tahun (GAGAL)
denganmu,
5 Juli 2014 – 22:44 WITA
*Sekelumit kenangan yang diam-diam
menjadi saksi bisu kisah kita aku
dan kamu
Dan jika bahagiamu adalah aku, cepat jemput kembali hatiku sebelum seseorang mengambilnya dan memenjarakan tepat di hatinya.
BalasHapusmasih keliatan ngarep banget. semangat move on!