Hari
mendadak banget aku dengar kabar bahwa penulis “Hafalan Shalat Delisa” akan
mengadakan Meet and Greet di toko buku
Gramedia Pandanaran. Mendadak pula aku langsung mandi dan siap-siap berangkat
menuju TKP. Kasih kabar ke temen supaya nggak sendirian, eh ternyata dianya
masih ada acara di Salatiga, apa boleh buat akhirnya seorang diri menghadiri meet and great. Jarang-jarang pula
ketemu penulisnya langsung. Sendirian nggak masalah kok, kan udah biasa :D
Sampai
di toko buku, ternyata acaranya sudah mulai. Mungkin baru saja dibuka sama moderator
karena jam menunjukkan pukul 15 lebih sedikit. Dan inilah hasil yang aku
dapatkan di acara talkshow dengan Tere Liye…
Sebenarnya,
Tere Liye itu bukan nama dia yang sesungguhnya melainkan hanya nama pena. Nama aslinya
ada Darwis. Cukup singkat untuk orang dahulu yang memang dikenal hanya memiliki
nama 1 kata saja *eh
Kata
Tere Liye berasal dari India yang artinya “untukmu…”
Jadi,
ketika di sampul-sampul novelnya tercetak tulisan Tere Liye, mungkin artinya
buku itu dipersembahkan untukmu keluarga… untukmu anak-anak… untukmu pembaca…
Bagaimana
mungkin seseorang yang telah menerbitkan karyanya tidak mau disebut penulis?
Ya, Tere Liye mengakui dirinya adalah seorang accountant. Menulis adalah hobi
yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja sesuai dengan keinginannya. Hobi
menulisnya itu muncul sejak ia berusia 6 tahun. Saat itu, ia sering mengganti
huruf ‘W’ pada namanya menjadi ‘M’ dan huruf ‘i’ digantinya dengan “!” (baca : tanda
seru) DARM!S dong jadinya? Wah aneh-aneh saja memang.
Nggak
cuma jago nulis belasan buku, tetapi juga punya selera humor. Meet and Greatnya
dipenuhi tawa. Seru bangeeet!!
Oh
ya, pada setiap buku-bukunya yang ber-genre macam-macam ia menulis dengan tidak
ingin mengurui ataupun memotivasi pembacanya. Tapi harapan ia yang sesungguhnya
dari buku-buku yang telah diterbitkan yaitu semoga berguna untuk pembacanya. Member
arti tersendiri melalui tulisan, disamping ingin laku juga *teteeep ngiklan*
Pada
setiap tokoh dalam novel-novel karya Tere Liye, terkadang menggunakan nama-nama
orang yang dikenalnya seperti nama orang tuanya. Tetapi hanya meminjam namanya
saja, cerita merupakan fiksi.
Seperti
halnya penulis lain, seorang yang kerjaannya menulis pasti memiliki rasa jenuh
dan bosan ketika ia dihadapkan pada naskah yang belum selesai-selesai. Maka,
jika hal tersebut terjadi pada Tere Liye maka ia akan berhenti sejenak,
diselingi dengan membaca. Membaca buku apa saja yang menarik menurutnya.
Karena
aku baru membaca 1 buku berjudul “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”
dan merasakan ending yang nanggung
dan bikin penasaran. Ternyata semua buku karya Tere Liye memiliki ending yang sama yaitu tidak tuntas. Dan
itu sepertinya menjadi cirri khas seorang Tere Liye.
Dalam
meet and great, Tere Liye
mengungkapkan bahwa ia ingin membuat novel detektif. Kalau beneran kesampaian
keinginannya, semoga ending-nya nggak
bikin penasaran deh. Kan kasian juga pembacanya kalau novel detektif di akhir
kisah nggak diketahui siapa yang jadi pembunuhnya. Kacau kan? Hahaha.
Sukses
terus dengan karya-karya selanjutnya bang Tere. Oh ya, terima kasih untuk tanda
tangan buku milikku yang terselip kalimat “semoga berguna ya, Neni” Thank you so much :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih dan selamat datang kembali :)