Hai kamu, apa kabar? Sepertinya udah
lama banget nggak menyapamu dalam halaman-halaman cerita terselubungku disini. Sampai
tenggelam berlembar-lembar segala tentangmu. Tentu kamu senang bukan? Oh ya,
apa kamu sering membuka halaman demi halaman yang ada disini? Atau sekedar
mengintip apa yang sedang kukerjakan selama ini? Ah jangan bercanda, tentu saja
tidak mungkin.
Hai
kamu, seseorang yang selalu ingin kusebutkan inisialnya, apa kamu tahu kenapa
aku menuliskan tentangmu kembali? Kalau tidak tahu, tentu aku akan dengan
senang hati memberitahukannya padamu. Apakah kamu mau meneruskan membaca? Kalau
menurutmu nggak penting, silakan close
halaman ini atau baca selengkapnya jika rasa penasaran mengancammu.
Tanggal
16 Mei, sebuah tanggal yang biasa aja sih, tapi kenangan di dalamnya sangat
luar biasa. Apa kau tahu, kepergianmu setahun yang lalu tepat tanggal 16 Mei
2013 pernah memberikan dampak besar untukku? Tentu saja kau tidak tahu dan
tidak mau tahu. Mari kita bicarakan lebih lanjut…
Bandara,
aku selalu merasa takut jika berada di sana. Bayangan kepergianmu selalu
menyelinap masuk ke relung hati terdalam. Benar, aku sangat takut kehilanganmu
waktu itu. Aku pun tak mau berpisah denganmu, terbentang lautan luas dan jarak
yang tidak singkat. Aku takut kau berpaling kepada seseorang yang bukan aku. Namun,
aku bersyukur waktu itu kamu selalu meyakinkanmu bahwa tidak akan terjadi
apa-apa padamu, dan pada kami kita. Hingga akhirnya kau tak pernah
datang lagi menepati janji terakhirmu pada setahun silam. Apa kau masih ingat
dengan janji yang kau ucapkan di bandara, waktu itu?
Entah
bodoh, atau kelewat menyayangimu. Aku pun menanti kedatanganmu kembali. Terus
menanti, hingga aku lelah. Hingga aku bertahan sendiri dalam kesendirian dan
kesunyian hari-hari tanpamu, dan aku mampu. Ya aku mampu melewati segala risau
menahan rindu yang tak kunjung usai hingga aku pun sanggup merelakanmu. Kau
tutup semua akses menuju dirimu, kau kunci pintu hatimu untukku kembali, kau abaikan
semua yang kukira aku bisa menghubungimu. Selamat. Aku ucapkan selamat untukmu
yang membuatku rapuh.
Banyak hal yang bisa kau tinggalkan untuk kuingat, kenapa kau memilih luka?
Aku
yang sekarang, masih sama dengan aku setahun yang lalu. Bedanya aku (mungkin)
sudah bisa merelakanmu, meski belum melupakanmu sepenuhnya. Aku cukup tegar
untuk menatap wajahmu yang kerap kali kupandang melalui layar persegi panjang
dan hatiku tak lagi tersayat. Meski kamu sudah membuka tembok pertahananmu, aku
tahu kamu tak akan memintaku kembali. Dan sejak saat itu, aku mulai membangun
pagar yang menjulang agar pertemuan kita tidak lagi terencana.
Aku
bersyukur pernah mengenalmu, menjadi memori dalam hidupmu, walaupun
terjungkalkan. Terima kasih ya sudah mengajarkanku sakit yang berdarah-darah
hingga mengajariku untuk menyembuhkannya seorang diri. Tugasmu sekarang sudah
selesai, aku sudah bebas mencintai orang lain kan?
Bandara, bukti nyata bahwa
sesungguhnya benar-benar ada kepergian dan kepulangan seseorang...
Selamat 1 tahun perpisahan. Semoga
selalu baik-baik saja dimanapun kamu berada :)
memang, perpisahan selalu memiliki "sensasi" tersendiri..
BalasHapusapalagi banyak kenangan yang ditinggalkan
Mengenang masalalu seperti kupu-kupu menghisap madu tanpa pernah merusak bunga itu :)
BalasHapusMampir juga ya :)
Asiqurrahman.blogspot.com