Kau tahu apa artinya “de javu” ?
Mungkin begitulah yang sedang
kurasakan saat ini. Saat aku memasang tagline
“Susah bener meluluhkanmu”. Dalam hitungan kurang dari 12 jam, kau hadir. Tidak
nyata memang, hanya melalui layar selluler.
Tapi terasa sampai disini, di hati.
Jujur, aku nggak bisa bilang nggak
seneng malam ini. Kuungkapkan kalimat itu padamu, dan dengan nada pedenya kau
bilang “aku tau yang itu”. Ah, rasanya pengen nutupin muka pakai bantal. Biar
nggak ketahuan ada rona merah (bukan, bukan blush
on) di pipi.
Source from here |
Sedikit menggelitik dalam sebuah
percakapan. Kukira kau sudah melupakan masa lalu kita, ternyata aku salah. Kau bahkan
masih ingat barang yang pernah kutinggalkan untukmu. Kau ungkap kalimat itu
dengan tegasnya dan aku hanya menanggapi sederhana, tepatnya mengalihkan ke
pembicaraan yang lain. Aku tak mau kau mengenangku sebagai bagian yang
menyakitkan. Oh ya, apa kau juga ingat aku pernah meminta selembar bajumu?
Sekarang udah nggak cukup lagi :(
Apa kau masih menyimpan rasa itu
walaupun sedikit di hatimu? *just asking*
Kalau aku, tentu saja aku masih selalu
mengingatmu. Tidakkah kau tahu betapa sulitnya memohon maaf padamu berkali-kali
saat aku sadar segala yang pernah kulakukan hanya membuatmu sakit? Harusnya kau
menatapku langsung melalui sudut matamu sendiri, hatiku berbunga-bunga, malam ini.
Aku tahu, aku harus tetap realistis
memandangmu. Tidak melulu berharap kau akan kembali mengulang masa lalu
bersama-sama.
Bodoh memang, kata orang segalanya
menjadi mudah diimplementasikan dalam kata-kata jika orang itu sedang patah
hati. Tapi, kau adalah pengecualian. Senang, sedih pun aku sanggup mengungkapmu
melalui rangkaian kalimat. Kau terlalu berharga untuk diabaikan (lagi).
Awalnya, aku tak percaya pada
kesempatan kedua.
Hingga kau datang menawarkan kehangatan
(kembali). Tutur kata yang sama seperti dulu, candamu, memaksaku untuk menarik
otot pipi hingga bibirku melengkung membentuk segaris tipis senyuman. Kau tahu
betapa bahagianya aku kembali mengenang masa-masa itu? Hebat, kukira kau tak
akan membuatku tersenyum kembali.
Terima kasih ya, kamu yang (masih
saja) tak sanggup kusebutkan namanya dalam tulisan ini.
Ya, kadang hal yang baru itu
datang hanya untuk mengingatkan, betapa berharganya hal lama yang sudah kita
tinggalkan. *ngutip kalimat novelnya Alitt*
Sangat bergunakah 3 jam itu untukmu, kak? Apa saja kegunaannya?
BalasHapusSenangkan kau mengalami 'de javu' itu, kak? Apa yang kau rasakan selain pipimu yg amat sangat merona itu?
^aku jadi kepo gini haha.