Happy Sunday morning. Happy weekend :)
Liburan begini pada main kemana nih kalian? Atau
jangan-jangan pada nyepi di rumah aja? *upss Lumayan lho, liburan panjang kalau
nggak dimanfaatin rugi. Nggak lengkap kalau nggak dipakai buat refreshing. Sekedar menghilangkan
kejenuhan dari rutinitas sehari-hari.
Sesuai dengan postingan pertamaku, Perjalanan panjang hari pertama "Long Weekend" kali ini mau share hari kedua liburan. Pagi
ini aku dan teman-teman sudah menginjakkan kaki di Jogja. Pagi hari menyusuri jalanan
asing yang belum pernah dilewati pagi-pagi hari sebelumnya. Sempet takut nyasar
juga sih waktu perjalanan ke Malioboro. Hehee :D
Akhirnya sampai juga di Malioboro setelah
melewati Tugu Jogja – Jl. Margo Mulyo – Stasiun Tugu. Yang pertama, cari tempat
parkir untuk kendaraan-kendaraan kami dan berjalan di sepanjang Jl. Malioboro
untuk mencari sarapan. Pengennya sih mau makan pecel di depan pasar
Beringharjo, tapi karena saking jauhnya dari tempat parkir maka kami memutuskan
untuk makan pecel Magetan yang nggak jauh-jauh amat dari hotel Mutiara di Jl.
Malioboro. Seporsi nasi pecel + tempe bacem dihargai Rp 8.000,- ya lumayanlah
untuk harga di kawasan wisata.
Perjalanan pun dimulai kembali, setelah
Matius dan mas Dul beli pakaian dan sandal di pasar Malioboro. Entah jam berapa
kami memulai perjalanan. Niatnya pengen ke pantai Gunung Kidul yang nun jauh
disono, tapi mari kita lihat saja apakah kami sampai di sana? Hahahaa…
Dari Malioboro belok kiri melewati taman
pintar, lurus terus melewati taman makam pahlawan Jl. Kusumanegara. Selanjutnya
belok arah kebun binatang Gembira Loka dan sampailah kami di Jl. Wonosari. Ah
ya, benar-benar perjalanan panjang menuju ke selatan. Tapi ini belum ada
apa-apanya jika dibandingkan dengan perjalanan selanjutnya. Ikuti kami terus
yaa… :)
Kemacetan pun terjadi dari Banuntapan sampai
di pertigaan pasar Piyungan. Nggak biasanya jalanan padat merayap begini. Mungkin
banyak yang lagi liburan kali ya? Eh ternyata di jalur seberang sedang lewat
orang-orang yang berkampanye menggunakan kostum hitam-hijau. Sabar sabaaaarr,
panas banget udaranya. Suara bising knalpot yang berkampanye juga menambah
panas dan emosi di hati *eh
Hufft, akhirnya sampai juga di Alfama*t
Patuk, sekedar melepas lelah dan dahaga sebentar setelah melewati jurang yang
curam. Jalanan menanjak yang berkelok-kelok. Harus cukup sabar disini karena
truk-truk yang lewat sudah dipastikan akan menurunkan kecepatan hingga 10 km
per jam, dikarenakan nggak kuat naik. Tetapi, kalau malam hari di tempat yang
bernama Bukit Bintang ini banyak sekali orang-orang yang nongkrong menikmati
lampu kelap-kelip di malam hari. Kereeen!!
Perjalanan dilanjutkan kembali, tetapi
sampai disini perjalanan udah nggak terlalu ekstrim. Hanya saja banyaknya
kendaraan yang melintas, jalan raya yang sempit dan (masih) berkelok-kelok
menyebabkan kecepatan kendaraan nggak bisa lebih dari 50 km per jam. Disini,
masih aku yang menunjukkan jalan.
Rasanya seneng banget kalau udah sampai di
pertigaan Gading. Dari sini, kami ambil jalur selatan melewati Playen-Paliyan. Perjalanan
menuju kawasan pantai pun masih sangat jauh ternyata, tetapi bedanya kalau
lewat di jalur selatan adalah lebih sedikit kendaraan, mobil, atau bus yang
lewat jika dibandingkan dengan jalur kota Wonosari.
Akhirnya, sampai juga di TPR (Tempat
Penarikan Retribusi). Setelah membayar Rp 10.000,- (30 Maret 2014) kami
melanjutkan perjalanan lagi menuju pantai. Awalnya sih pengen ke pantai Pulang
Sawal, tapi berhubung macet banget kita balik lagi. Sempat ada tragedi motornya
mas Dul ketabrak mobil yang mundur. Lagian bego banget tuh sopirnya, udah tahu
macet pakai acara mundur segala. Untungnya cuma lecet dan stang agak miring
dikit, overall it’s okay.
Dipilihlah sebuah pantai dengan asal-asalan
yang penting sampai. Hahaa. Berhubung udah capek banget dan pengen cepet-cepet
sampai, dipilihlah pantai Slili. Lumayanlah pantai pasir putih yang nggak
terlalu padat orangnya. Beginilah kami di pantai Slili…
T.N.P.A dan mas Dul |
Best performance :p |
Sebelum pulang, nggak lupa sholat Dhuhur
dulu yang udah mepet banget sama Asar. Hehee, untung masih sempet. Lanjut perjalanan
pulang yang masih macet banget di kawasan pantai. melewati Playen-Paliyan lagi
hingga sampailah kami di kota Jogja. Waktu itu, matahari sudah hampir tenggelam
dan digantikan oleh bulan.
Idenya Atik mengajak kami ke warung mie
persis di daerah XT Square. Masih saja aku yang disuruh cari jalannya. Baiklah,
akhirnya sampai juga warung mie persis telap12 yang berada di Jl. Pandeyan No.
10B setelah melewati Jl. Glagah Sari dan UTY Jogja. Mie persis adalah sebuah
warung yang menyajkan makanan Indomie yang persis dengan bungkusnya. Enak dan harganya
juga bersahabat.
Aku, Atik, Matius, dan mas Dul milih Indomie
rasa kari ayam sementara Handoyo milih Indomie goreng entah rasa apa, lupa. Dan
benar saja, sajiannya mirip banget di bungkusnya. Ada ayam dan telur, potongan
wortel dan kentang, irisan cabai, tomat, dan daun jeruk. Cuma bayar Rp 11.000 udah
termasuk nasi. Oh ya, nasinya juga unik. Dibentuk mirip dengan logo Indomie. Bisa
juga nambah nasi dengan bayar Rp 2.000,- (tapi nggak ada yang nambah karena
udah cukup kenyang hanya 1 porsi). Untuk tempatnya sendiri, unik ya menurutku. Ada
yang lesehan dan ada juga yang menggunakan meja. Uniknya disini adalah
menggunakan meja bundar yang kursinya dibuat dari semacam tong. Kesannya agak ‘beda’
dibanding warung lainnya. Yang di Jogja, wajib nyobain deh. *eh malah promosi
Setelah kenyang, aku bermaksud untuk
menginap di rumah saudara di daerah Bukit Bintang. Sebelum pulang, aku nganter
temen-temen dulu ke Malioboro untuk belanja. Tapi aku nggak ikutan jalan-jalan
dan langsung pulang. Hmm… Melewati jalanan yang mirip Sirkuit Road Race lagi
nih. Naik-naik ke puncak Bukit Bintang di malam hari bukan hal pertama yang kualami,
jadi biasa aja menurutku. Hanya saja kekaguman kelap-kelip bintang dan lampu
jalanan yang membuat rindu suasana di Jogja sangat terasa.
Agak merinding dan takut saat melintas
menuju desa Muntuk yang agak jauh dari jalan raya Patuk. Gelap banget, nggak
ada penerangan selain lampu motor, dan sepi. Mungkin habis hujan kali ya
orang-orang pada males berkeliaran. Dan begonya aku, baru sadar disini
bener-bener desa yang rimbun banget dengan pepohonan. Mana ada orang keluyuran
jam 8 malam? Hahaa. Tapi beneran sepi banget nggak kayak biasanya, padahal ini
kan hari libur. Huu serem~
Sampai di rumah saudara, akhirnya rebahan
juga di kursi. Mandi, ngobrol-ngobrol sebentar sambil nonton TV, dan tidur.
Selamat malam dan ditunggu postingan selanjutnya yaa… :D
Wah asiiik ya pante di gunungkidul emang woke-woke (promo), jadi inget pas muda dulu.. (hehehe kek udah embah2 aja)..
BalasHapusyah kenapa ga ngajak ane sis :3 ane juga mau ke jogja :3 oya, buat berbagi pengalaman aja, pas tahun baru kemarin ane malem tahun baruan di pantai parangtritis , wuh rame banget sis, banyak lampion terbangnya.. kalo ente udah pernah tahun baruan di pantai parangtritis belum sis? :D berkunjung ke ihsankirito.co.vu ya sis thanks :D
BalasHapusTahun baru kemarin jg rencana kesana. Tapi berhubung aku mendadak sakit, jadi dibatalkan. Padahal pengen banget :(
HapusWaaa... Rencana dalam waktu dekat ini mau ke Malioboro, maklum belum pernah kesana :)
BalasHapusSaya belum pernah ke Malioboro. Sepertinya asyik, duduk lesehan samnil makan nasi pecel. hmmm
BalasHapusAsik banget, apalagi kalau bareng sama temen-temen :D
Hapus