Senin, 16 Desember 2013

Day 8 : Love letter

Sebelum memulai challenge hari kedelapan, aku mau nanya sama kalian. Pernah nggak sih kalian bikin surat? Sudah pasti kebanyakan orang menjawab “pernah”. Jaman masih sekolah pasti itu disuruh bikin surat formal maupun informal pas pelajaran Bahasa Indonesa. Hayo ngakuu..

credit

Kalau surat cinta? *cieeehh*. Surat cinta ini nggak harus buat pacar lho. Surat cinta boleh ditujukan kepada siapa saja yang kamu cintai, termasuk orang tua. Lho, kenapa ini malah ngomongin surat cinta? Ya, tema hari kedelapan adalah surat cinta. Mau tau aku akan menulis surat cinta untuk siapa? Mari ikuti aku yaa… *kretekin jari dulu*

Untuk ayah tercinta,

credit
Assalamualaikum. Selamat siang ayah, bagaimana kabarmu? Aku, ibu, dan adik disini baik-baik aja, Yah. Tentu sangat merindukan kehadiranmu. Oh ya, tempat tinggal ayah siang juga nggak?
Sebelas bulan tanpa kabarmu tentu terasa menyesakkan dan sangat-sangat lama, ayah. Kini aku telah dewasa, sudah cukup mengerti tentang beban hidup yang kau tampung dulu saat membesarkanku. Peluh keringat sebagai dedikasi perjuangan untuk sesuap nafkah anak dan istrimu. Aku sangat bangga padamu, ayah. Lelaki berjiwa keras, namun aku tahu yakin hatimu terasa lembut. Aku sayang ayah.
Terima kasih ayah telah mengajarkanku menjadi perempuan sholehah yang patuh pada Tuhan dan ajaran agama. Terima kasih untuk segala waktu yang telah kau sempatkan untuk mendengar celoteh masa kecilku dan keluh kesah masa dewasaku. Kau memang berjiwa besar, ayah. Akankah jodohku kelak adalah pria yang tangguh sepertimu, ayah?
Ayah, jika buah hati kesayanganmu kini akan memohon maaf, apakah ayah akan memaafkanku? Sungguh, dari dalam lubuk hati yang terdalam aku menyesal tak menemani hari di penghujung usiamu. Aku menyesal telah membuatmu marah seketika, sebelum ajal menjemputmu. Aku bodoh, aku kesal pada diriku sendiri, maafkan aku ya, ayah? Seharusnya aku tak pernah membuatmu menyulutkan emosi kemarahanhanya karena aku pulang malam (pada saat itu).
Andai saja aku tahu kau akan meninggalkan kami, aku akan menemanimu sepanjang hari. membahagiakanmu, mencetak senyum paling manis di wajahmu. Aku (mungkin) tak akan membuatmu sangat kecewa ayah. Maafkan aku sekali lagi, ayah. Aku sangat sangat menyayangimu.
Oh ya ayah, jangan sungkan-sungkan mampir di mimpiku. Pintu bunga tidurku selalu terbuka lebar untuk kehadiranmu. Doaku semoga engkau diberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Amiin.

Untuk ibuku sayang,

credit
Hai ibu, kau adalah wanita paling sabar yang pernah kutemui di dunia. Terima kasih telah membesarkanku dengan segala daya usahamu. Tanpamu, aku tak akan pernah menjadi seperti ini. kasih sayangmu sangatlah terpuji untuk keluarga.
Aku ingat, ketika aku masih kecil aku sangat merepotkan ibu. Menangis saat ibu hendak berangkat kerja. Memaksa ingin ikut. Hehee. Tapi, aku dulu waktu masih kecil suka banget tiap kali digorengin nasi sama blue band. Enak banget. Dan ibu adalah orang yang mengajariku sabar, namun aku tak bisa sesabar dirimu. Ibu hebat.
Tak hanya itu, ibu adalah wanita paling tegar yang pernah kutemui. Semenjak kepergian ayah hingga detik ini, tak pernah sekalipun aku melihat ibu menangis. Tak seperti aku yang cengeng, hehee. Doakan aku ya ibu, semoga aku bisa sepertimu. Mempunyai kesabaran dan ketegaran yang luar biasa. Mampu menutup rapat-rapat luka hatinya, tanpa seorang pun tahu. Sosok perempuan yang mengalah / narimo ing pandum. Aku sayang ibu.

Untuk kamu,


Ya, kamu yang (pernah) kusayangi. Kamu yang selalu menemani hari-hari indahku tahun lalu. Tapi, kamu pun yang meninggalkanku 7 bulan yang lalu. Apa kabar liburan kamu? Tentu menyenangkan ya tanpa sosokku yang sekiranya mengganggu.
Kau tahu kenapa aku menuliskan surat cinta ini untukmu? Mungkin kau pikir aku terlalu bodoh untuk semua ini. Tapi kurasa tidak. Aku sengaja memang menuliskannya untukmu. Seseorang yang masih memenuhi hatiku dengan hasrat rindu. Jadi pada kesempatan kali ini, “May I say something to you, ‘beb’?”
Apa kamu tahu bagaimana hatiku selalu menolak untuk merindukanmu? Apa kamu tahu bagaimana kerasnya usahaku untuk mengalihkan duniaku selain tentangmu? Ah, kamu tak pernah benar-benar tahu dan tak akan mungkin mau tahu.
Nyatanya kamu malah datang disaat waktu tak tepat. Aku sudah cukup lelah menantimu. Aku sudah cukup bahagia melihatmu bahagia (dalam imajinasiku). Aku sudah cukup ikhlas menerima kekalahanku untuk memperjuangkan kita. Tapi kamu malah datang saat semuanya telah baik-baik saja.
Apa kamu akan peduli jika selanjutnya aku akan gila melihat tingkahmu setelah ini? Ah, aku nggak habis pikir. Aku benci dengan kegelisahan yang menjelma akhir-akhir ini. Rasa ingin tahu yang besar menuntutku untuk kembali ke masa-masa silam saat malam-malamku terbayang-bayangi kabut rindu olehmu.
Aku benci kau hadir dengan semu, aku ingin kau nyata di hadapanku. Aku rindu, dan aku (masih) selalu sayang kamu ‘S’…

Sudah sudah. Maaf, untuk surat cinta yang mendadak mellow dan galau. Semua ini timbul begitu saja. Rasanya ingin nangis. Huaaaa… *puk puk diri sendiri*


Terima kasih untuk yang telah membaca, mohon tinggalkan komentar.
Salam kenal :*


Ps : Postingan ini diikutkan dalam EmotionalFlutter 30 Days Blogging Challenge

1 komentar:

  1. Aku malah ngak bisa bikin surat, mending langsung telp atau bbm an ;-)

    BalasHapus

Terima kasih dan selamat datang kembali :)