Begitu
juga aku. Aku lebih memilih untuk menulis. Menurutku, lebih baik mengungkapkan
perasaan dalam tulisan-tulisan yang bisu namun lega. Daripada bercerita kesana
kemari tanpa mereka mengerti apa yang sebenarnya aku inginkan.
Sebenarnya
sama sih artinya. Apalah arti sebuah sapaan jika ujung-ujungnya mempunyai
fungsi yang sama. Curhat. Mengungkapkan perasaan.
Kata
demi kata menjadi kalimat yang utuh. Sengaja aku ungkapkan sesuai isi dalam
hati. Ekspresi jiwa, hati, perasaan, seolah semuanya memiliki hak untuk aku
tuangkan ke dalam untaian kalimat.
Kamu,
Entah
kenapa selalu muncul ‘kamu’ dalam setiap tulisan-tulisanku. Jari-jari ini
sepertinya selalu tergoda menuliskan segalanya tentang kamu, tentang kita. Menari-nari
indah di atas keyboard tanpa jenuh.
Kamu,
Alasan
terbesarku semangat menjalani hari-hari. Sukses menjadikan hari-hari lebih
berwarna dengan senyummu (meski hanya melalui pesan singkat).
Kamu,
Hanya
kamu, yang membuatku tertawa bahagia dan menangis secara bersamaan dalam waktu
yang sama.
Kamu,
Yang
selalu aku tulis, yang selalu aku sebut namanya dalam istilah ‘kamu’. Dan tak
akan pernah bosan untuk kutulis. Karena kamu pantas menyanding tokoh utama dan
kamulah ceritaku.
Kamu,
Tak
hanya aku tulis dalam lembaran kertas, tak hanya aku sapa dalam cerita di layar
monitor. Tapi jauh dalam lubuk hatiku telah terukir namamu dengan sangat indah.
Untaian
tulisan ini adalah sejarah tentang rasa yang telah kuberikan untukmu. Sebuah perasaan
yang pernah mampir dalam hatiku, hatimu, hati kita. Sampai saatnya nanti jika Tuhan
memberiku umur panjang, akan kuceritakan pada anak cucuku kelak jika pernah ada
seseorang yang begitu istimewa di hati ini. Kamu.
Terima
kasih telah menjadi inspirasi dan tokoh utama dalam kalimat-kalimatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih dan selamat datang kembali :)