Untuk:
Segelas
susu cokelat hangat bersama kenangan yang (pernah) menguap bersamanya.
Menunggu
adalah salah satu hal paling menyebalkan yang tidak ingin seseorang alami dalam
hidupnya. Namun secara tidak sadar, ia mampu dan ia bisa. Hanya saja ‘keluhan’
semacam itu yang biasanya membuat orang itu menyerah atau pasrah akan kemampuan
dirinya sendiri. Dan ngomong-ngomong soal menunggu, sebaiknya kedua belah pihak
sama-sama saling memahami karakter antar keduanya – yang menunggu dan yang
ditunggu – karena bagaimana pun juga, kalau nggak saling memahami, bisa
bentrok.
Eh,
ngomong apaan sih aku ini? Bingung ya? Hehee sama… :p
Karena
ini bukan surat cinta. Sekali lagi, ini bukan surat cinta yang sarat akan makna
indah dan penuh taburan bunga. Ini hanya sebuah tulisan tak bermakna apa-apa
dari seseorang yang menghabiskan malamnya hanya untuk menunggu sesuatu yang
disebut “KETIDAKPASTIAN”. Kenapa disebut ketidakpastian? Mungkin karena aku
tahu bahwa menunggu hal “itu” (dalam tanda kutip) adalah hal yang bodoh, dan
nggak seharusnya dijalani. Masih ada kegiatan lain yang bisa dilakukan tengah
malam begini, tidur misalnya. Tetapi bagaimana mungkin aku bisa memejamkan mata
saat rasa tak bisa sedikit saja berhenti menggetarkan hati? Bagaimana bisa aku
menenangkan perasaan yang makin lama makin berkobar tak tentu arah? (Fix, ini
bohong). Ah ya, sekali lagi ini bukan surat cinta. Aku hanya ingin berbagi
melalui tulisan yang mengalir begitu saja melalui jemari, berteman dengan
segelas susu cokelat hangat yang sampai saat ini masih selalu aku suka (meski tanpa
kenangan di dalamnya).
Aku
nggak bisa gombal, aku nggak bisa bilang sayang sama kamu. Tapi, aku tahu, rasa
itu ada. Aku nggak bisa bilang kangen kamu, aku nggak bisa bilang pengen ketemu
kamu. Tapi, aku yakin kamu nggak tahu kalau setiap saat aku mengunjungimu dalam
heningku. Meski hampa, meski kosong, meski tak berucap, tapi aku bersyukur
karena rasa ini selalu menenangkanku atas apa yang terjadi. Semoga aku masih
mampu mengagumi dalam diamku. Kalaupun aku tak mampu, semoga segalanya cepat
berlalu. Entah memilikimu atau melupakanmu. Aku siap.
Siapalah
aku ini? Hanyalah seseorang yang sempat meluluhlantakkan hatimu. Tidakkah kau
tahu kalau seumur hidupku menyesalinya? Tentu saja kau tidak tahu, karena yang
kau tahu aku hanya berbahagia atasnya. Kamu salah, aku tidak seperti itu. Aku pun
sudah berkali-kali memohon maaf, berulang-ulang entah berapa kali. Kebekuan
hatimu memaksaku untuk mencoba bersabar, menerima semua balasan yang mungkin
telah kulakukan padamu. Entah kau maafkan atau tidak kesalahan yang pernah
kuperbuat padamu, awalnya aku tak peduli, hingga saat ini sepertinya aku sudah
mulai peduli jika ingin kau maafkan dan mengulang kisah yang pernah indah. Ya,
hanya pernah indah. Maaf.
Kupikir,
kamu sekarang sedang mengulur-ulur waktu untuk memberi jawaban atas
pertanyaanku. Lalu kau akan membuatku jenuh? Ya, kamu berhasil membuatku jenuh
dan ingin memaki diriku sendiri yang terlampau menyakitimu. Aku yang bodoh
selalu menunggu hal yang tak pasti atau kamu yang terlalu jahat telah
mengacuhkanku? Segala sesuatunya memang sawang sinawang, dilihat dari segi mana
masalah itu dipusatkan. Tetapi, bukankah sekali lagi kukatakan kalau aku sudah
minta maaf dan mengakui kesalahanku? Tidakkah kau sanggup memaafkannya? Tuhan
saja Maha Mengampuni kok, mengapa kamu tidak?
Sakit
tetaplah sakit jika rasa ini sepihak adanya. Namun, jika bisa diminimalisir
tanpa harus mengundur-undur waktu yang telah memberinya kesempatan, kenapa
harus dipersulit? Itulah kesalahan manusia yang baru saja kutemukan dari
seorang teman. Dia mengirimiku gambar ini:
Mungkin
bagimu ini hanya omong kosong, tapi untukku inilah kenyataan. Jika aku boleh
bertanya, apakah memang diammu itu hanya mencari cara untuk menolak?
Eh, malah makin mellow. Kayaknya
udah cukup segini dulu yang mau aku tulis. Lain kali disambung lagi dalam
bahasa yang lebih sempurna, Hehee..
Terima
kasih untuk:
Segelas
susu cokelat hangat bersama kenangan yang (pernah) menguap bersamanya.
Inspirasi
ini tercipta saat aku menunggumu…
Sambil nonton 5CM.
Sambil baca novel JOMBLO. Sambil stalking timeline. Menunggu pernyataanmu. 25
Februari 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih dan selamat datang kembali :)