Tak seharusnya kita berpisah
Tak semestinya kita bertengkar
Karna diriku masih butuh kau
“Jangan diam terus, ngomong dong. Ngomong.
Punya mulut buat bicara di telepon kan? Punya tangan buat sms kan?”
Entah setan apa yang seharusnya tak
merasuki pikiranku untuk mengirimkan pesan singkat di nomor ponselmu. Ya,
meskipun aku tahu mungkin tak akan terkirim. Mendadak isi dalam pikiranku ingin
meledak begitu saja jika aku mengingat kejadian sepuluh minggu yang lalu. Dan
sepertinya alam mengajakku murka bersama kenangan itu, dengan desiran hawa
panas di siang yang terik. Kucoba sekuat tenaga untuk menahan amarah yang
sepertinya sangat bergejolak.
Maafkanlah sikapku
Lupakanlah salahku itu
Aku tak tahu pasti kenapa selama sepuluh
minggu kau tak memberiku kepastian tentang kabarmu. Komunikasi yang sangat
membuatku muak. Ingin rasanya menukar tambah hati ini biar tak ada lagi tentang
kamu yang selalu membayang di setiap atap kamar tidurku. Biar tak ada lagi
tentang kamu yang menyusup dalam mimpi malamku.
Sungguh, aku ingin segera memperbaiki hubungan
ini, hubungan aku dan kamu.
Terlalu bodoh untuk
diriku
Menahan berat jutaan rindu
Apalagi menahan egoku
Semarang – Kalimantan dengan ratusan
kilometer di dalamnya. Entah perasaan apa yang ada pada dirimu. Sekeras batu
yang enggan menengok keberadaanku yang pernah hadir nyata di sisimu. Sekokoh
itukah ego untuk meninggalkanku sendiri? Tanpa isyarat yang jelas.
Padahal jelas-jelas kau janjikan aku kata
yang manis sebelum perpisahan itu.
Tak’kan kubiarkan kau menangis
Tak’kan kubiarkan kau terkikis
Terluka perasaan oleh semua
ucapanku
Oke, memang aku pernah punya kesalahan sama
kamu. Manusiawi kan? Kamu pun juga punya kesalahan dan aku rasa aku cukup sabar
memendam semuanya. Hingga detik ini. Hingga kamu pun tak tahu sebenarnya aku
tahu tentang sebuah rahasia pada kehidupan social mediamu.
Kupikir setelah aku mengalah dengan egomu
yang tinggi, aku bakal seterusnya sama kamu. Tapi nyatanya kamu tetap pergi.
Entah kembali entah tidak.
Maafkanlah semua sifat kasarku
Bukan maksud untuk melukaimu
Aku hanyalah orang yang penuh rasa
cemburu
Bila kau tak di sampingku
Aku
nggak bisa basa-basi buat minta maaf sama kamu. Aku nggak minta hal lain selain
kebahagiaanmu denganku atau kebahagiaanmu dengan yang lain (yang belum
kurelakan).
Dan,
maaf aku cuma bisa menulis lewat ini, sebuah dunia dimana aku bisa mengutarakan
semua perasaan dan konspirasi hati. Dunia yang nggak seramai twitter, facebook
ataupun social media lainnya.
Namun,
jika dalam tulisan ini tak bisa untuk meminta maaf, aku tak tahu harus dengan
cara apa lagi agar aku bisa menemukanmu dalam duniaku yang sedang abu-abu. Tolong
bawakan cahaya terang seperti tahun lalu, saat semuanya indah.
Dear
my lovely ‘S’
Kapan
pulang? Kapan kasih kabar?
Forgive
me, please :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih dan selamat datang kembali :)