Pasar Papringan Temanggung, Pasar Tradisional di Sekeliling Rumpun Bambu

Bicara mengenai Pasar Papringan, seharusnya sudah bisa ditebak dong arah tulisan ini akan membahas apa?

Papringan dalam bahasa Jawa artinya sekumpulan pohon bambu / kebun bambu. Disitulah, di antara rimbun dan rindangnya rumpun bambu yang tertata, berdiri sebuah pasar tradisional yang memasarkan produk-produk lokal yang dinamakan Pasar Papringan.

Minggu pagi, 22 Juli 2018 setelah sekian lamanya hanya sebatas ingin datang, akhirnya saya niatkan diri untuk benar-benar berkunjung ke Pasar Papringan. Berlokasi di Dusun Ngadiprono, Temanggung, kira-kira lebih dari 80 kilometer dari Kota Semarang via Pringsurat.

Sempat kebablasan sewaktu melewati Jl. Kedu-Jumo. Berkat google maps akhirnya saya putar balik dan ketemulah petunjuk Pasar Papringan di sisi timur jalan. Sebelum tiba di lokasi, pengunjung harus melewati semacam jalan setapak tapi cukup lebar untuk berpapasan dengan mobil. Di kanan kirinya terlihat para petani sedang menggarap kebun tembakaunya.

Singkat cerita, pukul 07.30 saya tiba di lokasi Pasar Papringan setelah memarkirkan kendaraan di halaman rumah warga dan membayar biaya parkir sebesar Rp 2.000,-

Untuk bertransaksi di Pasar Papringan, pengunjung harus menukarkan uang rupiahnya terlebih dahulu ke dalam mata uang dari bambu yang disebut 'kepring'. 1 pring setara dengan Rp 2.000,-. Ada dua lokasi penukaran uang, jadi antrilah dengan tertib yaa...

 

Saking banyaknya pilihan makanan yang ada, jadi bingung mau pilih yang mana. Ada sego jagung, lesah, lontong mangut, sego abang, kupat tahu, gablok pecel, sego gono, dan lain-lain. Semuanya itu bisa pengunjung nikmati dengan kisaran harga masing-masing 3-6 pring.

Dari semuanya yang menggugah selera, akhirnya saya memilih sarapan dengan lesah. Disajikan dengan mangkuk dari bathok kelapa, lesah berisi nasi putih, bihun, kol, wortel, tauge, suwiran ayam kampung, tahu bacem, daun bawang, diguyur dengan kuah soto bersantan yang masih panas, tak lupa taburan bawang gorengnya.

Ini adalah pengalaman pertama mencicipi lesah, enak!

Untuk jajanan ndeso yang ditawarkan juga lebih bervariasi, beraneka macam dengan kisaran harga 1-5 pring. Contohnya bahan pokok yang berasal dari singkong, bisa diolah menjadi beberapa jenis camilan seperti sawut, combro, lopis jendal, dan lain-lain.

Namanya yang unik-unik bikin penasaran bagaimana rasanya seperti bajingan singkong, bajingan kimpul, ndas borok.

Beda daerah, beda namanya ya wajar saja :D

Aneka minuman tersedia dengan harga 1-2 pring. Saya tak banyak explore minuman, tapi beberapa yang saya lihat ada wedang ronde, sop buah, dawet ireng, dan kopi.

Di Pasar Papringan juga menjual aneka hasil tani dan kerajinan dengan kisaran harga 1-15 pring.

Tak ketinggalan, pengunjung juga bisa membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.

Tersedia wadah / tempat untuk membawa barang belanjaan, seperti keranjang yang terbuat dari anyaman bambu. Bisa dibeli seharga 3 pring.

Selain kegiatan transaksi jual beli, di Pasar Papringan juga tersedia taman bermain. Aneka mainan tradisional seperti ayunan, egrang, bakiak, boleh dicoba oleh pengunjung secara gratis.

Dekat dengan taman bermain, ada perpustakaan mini. Selain kuliner dan berbelanja, Anda juga bisa membaca buku yang tersedia di sini. Kurang tahu bisa dipinjam atau tidak bukunya.

Pasar Papringan Temanggung sudah ada sejak 2016 tapi waktu itu berlokasi di Dusun Kelingan, Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung. Buka setiap 35 hari sekali saat Minggu Wage.

Saya rasa, Pasar Papringan ini menjadi pionir bagi daerah-daerah lain dalam mengembangkan kebun bambu menjadi lokasi yang bermanfaat sehingga bisa mengangkat ekonomi lokal dan pariwisata di daerah tersebut.

Destinasi serupa bisa dilihat ketika mengunjungi Pasar Kebon Watugede di Kabupaten Magelang.

Pasar Papringan Ngadiprono

Disun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah

Buka setiap Minggu Wage dan Minggu Pon

Pukul 06.00 - 12.00