Kali ini merupakan tahun kelima
penyelenggaraan Festival Kota Lama atau yang dikenal dengan Pasar Malam
Sentiling. Acara ini sendiri digelar selama 3 hari mulai 16 – 18 September 2016
yang berpusat di Kota Lama Semarang.
Istilah Sentiling sendiri berasal dari Koloniale Tentoonstelling yang
merupakan sebuah perhelatan pameran akbar setaraf world expo
pada tahun 1914. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai sejarahnya tersendiri,
tak terkecuali Semarang. Perayaan yang digelar lebih dari seratus tahun yang lalu,
tepatnya pada 20 Agustus sampai 22 November 1914 merupakan peringatan 100 tahun lepasnya
Belanda dari kekuasaan Perancis di masa Napoleon Bonaparte. Namun ironisnya
peringatan kemerdekaan itu justru diselenggarakan di negeri yang mereka jajah.
Gambar dari Semarang Contemporary Art Gallery, 2014 |
Terdapat 3 pintu masuk Festival Kota Lama yaitu
2 berada di ujung Jl. Merak atau dekat Polder Tawang dan 1 berada di dekat
Gereja Blenduk. Tapi pengunjung juga bisa masuk dari Taman Srigunting.
Mengusung tema “Kuno, Kini, Nanti” acara ini
terbagi menjadi 3 kawasan yaitu area Kuno di antara Jl. Merak dan Jl. Garuda
yang sekaligus diapit oleh area Kini dan area Nanti, area Kini di sepanjang Jl.
Merak, dan area Nanti di Jl. Garuda.
Eh ada penampakan manusia patung :D |
Barangkali kamu tersesat... |
Yang menarik pada festival kali ini dibanding
tahun-tahun sebelumnya yaitu sebuah panggung apung berukuran besar di Polder
Tawang. Panggung ini merupakan yang pertama kalinya dibangun di Semarang. Panggung
ini tidak ada atap / tendanya, jadi kalau pas hujan deras seperti semalam (16
September 2016) ya nggak ada pertunjukan.
Saya sendiri datang ke acara ini di hari
pertama, sore sebelum pembukaan dan malam hari pas apes tiba-tiba hujan deras. Heran
deh, padahal berangkat dari rumah langitnya terang. Emang cuaca susah ditebak,
kayak hati kamu *eh*
Di festival ini kamu akan menemukan beberapa
panggung hiburan. Yang utama sudah jelas di panggung apung. Selama 3 hari
pelaksanaan ada 3 acara berbeda di panggung tersebut. Di hari pertama adalah Pre
Event Noorderwal Jazz, hari kedua Symphony Kota Lama, dan hari terakhir Kuno
Kini Nanti.
Panggung yang lainnya ada di area Kuno. Saya
belum sempat lihat penampilan apa yang ditampilkan di panggung ini. Keburu
hujan duluan sih :D
Dan yang terakhir di depan Gedung Oudetrap,
yang (sepertinya) menjadi rangkaian acara Guyup Rupa #6 yaitu pameran karya seni
rupa mahasiswa se Jawa – Bali.
Selain hiburan ada juga stand-stand kuliner,
pakaian, photo booth, dan koleksi
barang-barang tempo dulu. Beberapa stand kuliner di area Kini sebagian saya familiar
karena beberapa di antaranya ikut juga pada kegiatan Komunitas Kuliner Semarang.
Old City – 3D trick art museum pertama dan
satu-satunya di Semarang, turut menyediakan photo
booth dengan background 3 dimensi
yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk selfie.
Nggak tanggung-tanggung tersebar di 3 tempat.
Oh ya, sekedar mengingatkan kalau mau
kulineran di Festival Kota Lama Semarang, pengunjung bisa menukarkan uangnya
terlebih dahulu di mobil-mobil CW tempat penukaran uang. Karena apa? Karena khusus
acara ini, panitia menganjurkan transaksi menggunakan uang kota lama (bukan
uang yang udah nggak berlaku lagi).
Mobil-mobil ini ada di beberapa tempat. Pengunjung
bisa menukarkan uang Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-, Rp 5.000,- menjadi Rp 5,- dan
seterusnya. Sayangnya jika uang kota lama ini nggak terpakai, nggak bisa
ditukarkan ke rupiah lagi. Solusinya ya harus dihabiskan, atau buat event tahun depan :D
Komunitas Manusia Batu juga turut
berpartisipasi pada kegiatan ini. Mereka-mereka ini berdandan mirip pahlawan
nasional seperti Bung Hatta, Jend. Sudirman, dll. Mereka bergaya seperti
patung, nggak gerak-gerak. Tapi bisa kok diajak foto bareng sambil nyumbang
seikhlasnya. Dan yang paling mencengangkan adalah salah satu manusia patung
yang kakinya ngambang, jadi dia cuma pegangan aja tuh tangannya sedangkan
kakinya nggak napak tanah. Serem? Nggak kok, dia bukan hantu :D
Karena acara ini terpusat dari Polder Tawang
hingga gang-gang kecil menuju Taman Srigunting, jadi Jl. Letjen Suprapto
(searah) nggak ditutup dan bisa untuk lalu lintas kendaraan.
Tertarik ke Festival Kota Lama 2016 ini?
Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Tahun depan?
wah asyik sekali ay, aklau aku di sana aku juga bakal datang ke festival ini
BalasHapus