Surabaya Heritage Track Special Route 'Surabaya Melawan'

Tahu nggak, apa yang paling dirindukan dari Kota Surabaya?

Surabaya Heritage Track, salah satunya.

Bulan lalu, tepatnya tanggal 14 November 2018, saya mendapatkan promo tiket kereta api eksekutif Argo Bromo Anggrek Semarang - Surabaya PP. Tanpa mengurangi hawa-hawa ingin pamer, akan lebih berfaedah jika langsung saja menuliskan maksud utama dari blog post ini.

Kebetulan kedatangan saya di hari Rabu itu bertepatan dengan tematik tur Surabaya Heritage Track (SHT). Nggak pakai mikir panjang langsung deh daftar trip 1 yang dimulai pukul 10.00.

Sebelumnya saya juga sudah pernah mengulas tentang Surabaya Heritage Track dengan tema yang berbeda pada link berikut ini.

Setelah mendaftar dan diberi tiket (gratis), para tracker — sebutan untuk peserta Surabaya Heritage Track — mulai naik bus 10 menit sebelum keberangkatan. Tepat pukul 10.00 bus berangkat dan kami dipandu oleh Mas Aji sebagai tour guide yang akan menemani kurang lebih 20 orang tracker untuk berjalan-jalan menyusuri rute spesial Hari Pahlawan "Surabaya Melawan".

Secara garis besar, tur ini akan membahas perlawanan arek-arek Suroboyo dalam rentang waktu setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga sebelum pertempuran 10 November 1945. Oleh sebab itu kami diajak ke gedung PT. Pertamina EP Asset 4 dan SKK Migas serta area Taman Sejarah Surabaya.

***

Sebelum sampai di tujuan pertama, Mas Aji menjelaskan kepada tracker bagaimana suasana setelah proklamasi kemerdekaan di Surabaya.

Orang yang berjasa dalam penyebaran kabar proklamasi adalah Adam Malik. Beliau menyebarkannya melalui badan berita Jepang bernama Domei, tanpa melalui prosedur izin Hodohan (sensor Jepang) sebagaimana biasanya — yang kemudian disiarkan melalui kawat (morce cast).

Di Surabaya, kabar proklamasi kemerdekaan diterima pertama kali oleh Markonis Jacub dan salah satu wartawan bernama Soetomo (yang kemudian akrab disapa Bung Tomo).

Ketika kabar selundupan proklamasi tersebut diketahui oleh Hodohan, maka dihentikanlah kabar tersebut supaya membuat Indonesia lebih kondusif dan tidak ada perlawanan dari masyarakatnya. Tak hanya dihentikan tapi Jepang juga membuat berita bantahan-bantahan terkait kabar bahwa proklamasi itu salah.

Akan tetapi orang-orang Indonesia tidak kalah pintar, mereka menyebarkannya dengan bahasa daerah. Dari mulut ke mulut dan di Surabaya juga dicetak penyebaran berita proklamasi dalam surat kabar Warta Surabaya Syu dalam bahasa Jawa.

***

Tak begitu lama, tibalah kami di gedung PT. Pertamina EP Asset 4 dan SKK Migas

Gedung bergaya kolonial ini dibangun pada tahun 1843 sebagai Societeit Concordia — tempat hiburan seperti dansa dan clubbing bagi orang-orang Eropa. Kemudian Societeit Concordia dipindahkan ke Simpangsche Societeit — tepatnya di Balai Pemuda Surabaya pada tahun 1907.

Tahun 1917 - 1918 gedung ini direnovasi oleh arsitek G.C. Citroen dan menjadi kantor Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM).

Kenapa kami diajak ke gedung PT. Pertamina EP Asset 4 dan SKK Migas?

Karena dulu gedung ini pernah dijadikan markas NICA dibawah pimpinan Kolonel Pugh. Gedung berlantai dua ini sangat strategis untuk benteng pertahanan, halaman yang luas untuk menampung kendaraan operasional, serta adanya bunker bawah tanah.

Kedatangan Inggris ke Surabaya (setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu dalam Perang Dunia II) diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dipimpin oleh Brigadir Jenderal AWS. Mallaby pada tanggal 25 Oktober 1945. Tujuan utamanya melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.

Brigjen AWS Mallaby sepakat dengan wakil pemerintah Indonesia untuk saling menjaga keamanan dengan beberapa kesepakatan.

Akan tetapi pihak Inggris mengingkari perjanjian yang telah disepakati. Salah satunya yaitu menduduki gedung-gedung yang menangani hajat hidup orang banyak, sehingga membangkitkan perlawanan rakyat Surabaya. Maka pertempuran pun tak bisa dihindari pada 28 - 30 Oktober 1945.

Puncaknya Brigjen AWS Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sebuah foto yang menampilkan mobil milik Brigjen AWS Mallaby meledak di dekat gedung Internatio, sekitar Jembatan Merah Surabaya.

 

Perjuangan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran 3 hari (28 - 30 Oktober 1945) sungguh gigih. Mempertahankan kemerdekaan, melawan Sekutu yang membonceng kedatangan Inggris, banyak rintangannya. Hingga akhirnya menewaskan seorang jenderal yang mempunyai jam terbang tinggi.

Tur tematik spesial Hari Pahlawan "Surabaya Melawan" hanya diselenggarakan periode 13 November - 13 Desember 2018 setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis pukul 10.00 - 11.30.

Jika ketinggalan mengikuti tur ini, akan ada tur tematik lagi dari House of Sampoerna dengan tema "Napak Tilas Kampung Keraton" yang akan dimulai 14 Desember 2018 - 16 Januari 2019 setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu pukul 15.00 - 16.30.

Duh, rasanya ingin ke Surabaya lagi!