Purwodadi adalah nama sebuah ibu kota
Kabupaten Grobogan, sekaligus menjadi nama sebuah kecamatan di Kabupaten
Grobogan. Saya bukan orang Purwodadi, hanya iseng-iseng main sebentar ke salah satu
daerah di Jawa Tengah ini. salah satu transportasi yang nyaman digunakan adalah
Kereta Api Kedungsepur. Saya pun menggunkaan moda transportasi ini pada hari
Minggu, 13 Maret 2016.
Setelah satu setengah jam berada di kereta
yang penuh dan sepertinya selalu penuh di hari libur itu, saya menjejakkan kaki
di Stasiun Ngrombo. Stasiun yang terletak di Jl. Raya Purwodadi – Solo ini
menjadi tujuan akhir dari Kereta Api Kedungsepur. Karena letak stasiun ini
dekat dengan jalan raya, maka mudah saja untuk mencari angkutan umum.
Tujuan pertama yang ingin saya kunjungi
adalah Ayodya Bloombang Waterpark. Dari Stasiun Ngrombo jaraknya kurang lebih
10 km, perlu dua kali naik angkutan umum. Kebetulan saat saya naik angkot, ada
rombongan keluarga yang menyewa sampai di Ayodya Bloombang Waterpark. Saya pun
ngikut saja dengan bayar angkot Rp 10.000,-
Ayodya Bloombang Waterpark
Merupakan wahana wisata air yang berada di
kawasan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Untuk masuk ke objek wisata tersebut,
pengunjung harus membeli tiket masuk terlebih dahulu sebesar Rp 12.000,-. Buka mulai
pukul 07.00 – 17.00 dan di hari Senin tutup. Terdapat kolam renang besar di
sisi barat dan kolam untuk anak-anak di sisi timur, dibatasi oleh beberapa
bangunan gazebo. Aneka permainan air pun di bangun di sisi timur.
Menurut plakat yang saya temukan, Ayodya Bloombang
Waterpark ini diresmikan oleh Bupati Grobogan H. Bambang Pudjiono, SH pada tanggal
31 Maret 2011.
Dominan warna biru muda ini mengingatkanku
ketika mengunjungi Keraton Surakarta :D
Setelah cukup berkeliling (dan tentu saja
nggak nyebur ke kolam), saya melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya
yang agak jauh dari Purwodadi. Naik bus kota tujuan Semarang, tapi bukan ingin
pulang Semarang.
Api Abadi Mrapen
Saya lupa berapa biaya bus dari Ayodya
Bloombang Waterpark sampai ke Api Abadi Mrapen, kalau nggak salah Rp 10.000,-
masih dikasih uang kembalian.
Kompleks ini terletak di Desa Manggarmas, Kecamatan
Godong, Kabupaten Grobogan. Sempat terkenal dengan apinya yang menyala terus tanpa
mengenal cuaca. Untuk memasuki kawasan Api Abadi Mrapen tidak dipungut biaya, hanya
parkir kendaraan saja.
Sayangnya ketika saya melihat sendiri sumber
api tersebut, tak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Nyaris tidak ada
titik api di batu-batu yang ditumpuk sedemikian rupa.
Di sisi lain juga terdapat batu bobot peninggalan
Sunan Kalijaga abad ke-15 dengan berat kurang lebih 20 kg. Diletakkan di sebuah
ruangan terkunci.
Masih di kawasan yang sama, terdapat Sendang
Dudo. Meski namanya sendang, tapi tempat ini bukanlah mata air. Hanya seperti
sumur yang ketika musim hujan airnya banyak dan ketika musim kemarau airnya
akan menyusut.
Di bagian belakang Api Abadi Mrapen terdapat
bangunan baru. Sebuah Gelanggang Olah Raga (GOR), yang untuk ke depannya
diharapkan bisa menjadi daya tarik juga.
Waktu masih menunjukkan pukul 11.30 ketika
saya keluar dari kawasan Api Abadi Mrapen. Butuh beberapa jam lagi untuk meninggalkan
Kabupaten Grobogan, karena kereta akan berangkat pukul 18.15. Tak sedikitpun
terbersit rencana akan mengunjungi tempat mana saja. Asal mantep dan jalan aja
sih. Enaknya kalau lagi jalan-jalan sendirian, nggak perlu kompromi begini
begitu.
Dari Api Abadi Mrapen saya naik bus lagi
menuju Terminal Purwodadi. Persis sebelum sampai di Terminal Purwodadi, akan
melewati sebuah bundaran kecil seperti taman. Di tengah-tengahnya ada patung
sepasang ibu dan bapak tani. Tempat tersebut, oleh warga Purwodadi diberi nama Tugu
Tani.
Niat
ingin ngadem dan baca buku di perpustakaan sirna sudah. Perpustakaan Daerah
yang berada di Jl. Jenderal Sudirman No. 39 Purwodadi pada hari Minggu tutup. Kecewa
deh, udah jauh-jauh naik bus dari terminal.
Kemudian saya pun jalan kaki menuju
alun-alun Purwodadi. Tak begitu jauh dari Kantor Arsip & Perpustakaan
Daerah Purwodadi. Beberapa kali ditawari naik becak tetapi saya tolak dengan
halus, emang udah niat mau jalan kaki aja sih :D
Di sekeliling Alun-alun Purwodadi cukup
rindang, banyak pepohonan besar yang dibiarkan tumbuh. Ada beberapa warung juga
yang buka di kawasan alun-alun. Di sisi barat akan dijumpai bangunan besar
Masjid Agung Baitul Makmur. Sementara di sisi selatan merupakan kantor bupati Grobogan.
Menjelang sore hari, saya menghabiskan waktu
(sebelum pulang ke Semarang) dengan nongkrong di Simpang Lima Purwodadi sambil
cari makan siang. Laper juga ya jalan-jalan seharian, hehee :D
Di Simpang Lima Purwodadi terdapat
bangku-bangku yang bisa digunakan untuk beristirahat. Kalau sore hari sering digunakan
untuk olahraga, seperti jogging.
Di salah satu sudut, bisa dijumpai sebuah
bangunan menara air yang diresmikan pada tanggal 21 Agustus 1981. Entah sekarang
masih digunakan atau tidak. Kondisinya memprihatinkan, banyak coretan dimana-mana
dan beberapa jendela ada yang pecah.
Sebelum petang, saya kembali ke Stasiun
Ngrombo. Ruang tunggu yang luas di lantai 2 menjadi tempat istirahat yang saya
pilih. Selain sepi dari hiruk pikuk penumpang dan pengantar, juga bisa melihat
kereta-kereta yang lewat di peron. Dari sini
aku bisa merasakan aroma perpisahan, punggung-punggung yang beranjak menjauh
seiring berlalunya kereta.
Aku masih di sini.
Tidak menunggumu.
Tidak menunggu siapapun.
Mungkin menunggu waktu,
hingga ada kereta yang membawaku pergi.
Ya ampun, itu menara air nya sayang banget kondisinya seperti itu.
BalasHapusMakin love ama central Java jadinya. Pernah lewat doang Purwodadi :D
Itu kenapa namanya sendang dudo? apakah ada hubungannya dengan duda?
Mbak dari simpang 5 Purwodadi ke stasiun naik apa mbak? Ada kendaraan umum kah yg bisa nyampe depan stasiun?
BalasHapusTemen2 sebenarny pingin wisata naik kereta yg pp and murah-meriah kayakny kedungsepur pas deh,sayangny saya tidak tahu banyak daerah sana takut nyasar juga.
BalasHapus